31. Di Ujung Penantian

167 27 8
                                    

Kedua bola matanya terus bergerak ke kanan dan ke kiri, melirik secara bergantian ketiga orang yang hanya diam sambil menatapnya tanpa mengatakan apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua bola matanya terus bergerak ke kanan dan ke kiri, melirik secara bergantian ketiga orang yang hanya diam sambil menatapnya tanpa mengatakan apapun. "Katanya mau ada yang Abah sama Ambu omongin ke aku? Tapi, dari tadi cuma diem aja. Aku jadi penasaran," ujar Shafiyah, lalu melirik Seohyun yang sepertinya mengetahui sesuatu. "Neng, kamu tau apa yang mau Ambu sama Abah omongin ke Teteh, heum?"

Seohyun terdiam, menelan ludahnya serat seraya melirik bergantian Acep dan Entin. Gelengan kecil langsung ia berikan sebagai jawaban pertanyaan tersebut. Karena tidak mungkin juga jika dirinya berkata mengetahui hal yang seharusnya tidak ia ketahui. Bisa ketahuan jika tadi ia menguping.

"Teteh," panggil Entin yang mencoba memulai pembicaraan. "Eum... Ambu mau tanya. Teteh udah ada niat untuk menikah? Umur Teteh, kan, udah pas."

Shafiyah terdiam, menatap sang ibu dengan tatapan menyelidik. "Aku gak lagi pengen dijodohin, kan?"

Acep berdeham pelan seraya menatap putrinya lembut. "Abah ataupun Ambu, kita berdua gak pernah berpikir untuk ngejodohin kamu gitu. Biar kamu yang menentukan pilihan kamu sendiri, dan selama laki-laki itu orang yang salih."

"Terus kenapa tiba-tiba nanyanyin soal ini?" tanya Shafiyah yang masih menaruh curiga. Baginya pertanyaan tersebut terlalu mendadak, bahkan ia tidak bisa menjawab di saat dirinya masih menunggu pria itu yang entah akan memperjuangkannya atau tidak. Sebegitu besar, kah, perasaannya?

"Teteh kenal Nak Alvin?" tanya Entin.

"Alvin?" tanya Shafiyah, mencoba mengingat nama tersebut.

"Dia bilang, dia pernah ketemu sama kamu. Sama si Eneng juga," ujar Acep.

Pandangan Shafiyah langsung tertuju pada Seohyun yang balas menatapnya. "Eum... dia siapa, Neng? Kamu kenal?"

"I—itu Teh... inget, gak? Waktu Teteh nemenin aku beli hape, terus kita gak sengaja ketemu dia di parkiran mall," jelas Seohyun jujur. Ia menggigit bibir bawahnya, semakin merasa khawatir.

"Dia yang katanya temen A Haikal?"

Seohyun mengangguk.

"Ambu sama Abah, kok, bisa kenal?"

"Kemarin sore dia ke sini," jawab Acep.

"Ke sini?! Ngapain?" tanya Shafiyah terkejut. Semakin dibuat tak paham, terlebih saat mengetahui kedatangan pria asing itu ke rumahnya. Ada apa? Kenapa tiba-tiba ia merasa khawatir.

Rautnya mulai berubah gugup, Entin melirik suaminya, lantas menyenggol bahu pria itu seraya berbisik. "Abah aja yang ngomong, Ambu bingung."

"Abah, Ambu, ada apa? Kok, bisik-bisik?" tanya Shafiyah penasaran.

"Abah sama Ambu juga awalnya gak kenal, dia siapa. Setelah itu, dia juga ngejelasin kalo dia temennya Haikal di komunitas gitu," jelas Acep.

"Jadi, intinya ada apa? Ada perlu apa dia dateng ke sini, ketemu Abah sama Ambu?" tanya Shafiyah yang tak ingin berbelit-belit lagi. Walaupun otaknya kini mulai memikirkan kemungkinan yang tak diharapkannya.

Payung Teduh (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang