26

68 9 1
                                    

"Kenapa nilai tugas kamu makin menurun?"

"Maaf, pak. Aku kurang konsentrasi."

"Kamu lagi ada masalah?" Pak Lucas tiba-tiba memegang tanganku. "Saya lihat, di kelas pun kamu seperti tidak fokus. Apakah ini karena --- Dante?"

Sontak aku geleng. "Bukan, pak!"

Pak Lucas tersenyum. Dia bangkit dari kursinya, kemudian memindahkannya ke sebelahku.

"Saya tidak mempermasalahkan jika ada siswa yang sedang menjalin hubungan dengan siswa lain. Tapi saya tidak mau, kalau siswa tersebut jadi tidak konsen. Apalagi kamu ini salah satu siswa berprestasi."

"Aku janji akan lebih fokus dan giat, pak."

"Adriel..." Wajah Pak Lucas dekat sekali dengan wajahku. "Kamu tahu kan, banyak siswa yang ingin sekali masuk kelas unggulan?"

"Iya, pak."

"Saat ini, ada banyak sekali siswa yang mengincar posisimu."

"Posisiku, pak?"

"Adriel..."

Jantungku berdebar kencang. Aku gak tau kenapa tangan Pak Lucas berpindah ke arah pahaku. Dan semakin lama, bergerak perlahan ke arah selangkanganku.

"Bapak mau..."

"Kenapa, Adriel? Apakah kamu ---"

Aku cuma bisa memejam, saat Pak Lucas mencium bibirku. Bahkan aku sampai menahan nafas, selama beberapa saat.

"Pak Lucas.." Aku mendorongnya pelan.

Pak Lucas mengangguk sambil mengulas senyum. Kemudian dia kembali melumat bibirku. Bahkan kini, kurasakan dia sampai menggigit bibir bawahku.

Aku benar-benar ketakutan. Karena Pak Lucas melakukannya, saat kondisi sekolah belomlah benar-benar sepi. Meski aku tau, ruangan Pak Lucas ini, menyendiri dan jauh dari ruang guru, dan juga ruang kelas.

"Bapak mau apa..?"

"Kamu tentu masih ingin berada di kelas unggulan, bukan?"

Aku mengangguk. "Tapi ---"

Pak Lucas bangkit dari duduknya. Dengan senyum menyeringai, dia lepas ikat pinggang, dan dia turunkan celananya.

Tanpa mengatakan apa-apa, dia gesek-gesekkan kontolnya yang sudah setengah ereksi ke wajahku.

"Jangan, pak..."

"Kamu hisap..."

Kututup mulutku rapat-rapat. Sampai kapanpun, aku gak akan biarkan kontol Pak Lucas yang kemerahan itu masuk ke dalam mulutku...!

PLAKK..!

Pak Lucas menampar pipiku. "Buka!"

Aku meringis menahan sakit. Dengan terpaksa kubuka mulutku. Aroma khas langsung memenuhi hidungku, begitu kontol Pak Lucas masuk ke dalam mulutku.

Kepalaku berkedut-kedut. Perasaanku gak karuan. Menahan mual yang kini seolah sedang mengaduk-aduk perutku.

"Jangan sampai kena gigi...!"

Mataku panas dan berair. Pak Lucas menjambak rambutku. Pinggulnya bergerak makin liar. Kurasakan, dia menekan dalam-dalam kontolnya.

Crooottt...!!

Crooottt...!!

Crooottt...!!

Pak Lucas mengerang hebat. Cairan panasnya menyembur berkali-kali dalam mulutku. Rasanya sangat kental, amis, dan banyak sekali.

He Never SleepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang