54

64 7 3
                                    

"Aww..! Sakit-sakit..! Pelan, Mas!"

Degh. Aku diam mematung, dengan jantung berdebar. Itu kan suaranya Kak Dante. Tapi kok, kata-katanya kayak gitu...?

"Ini juga udah pelan banget, Dan..."

"Adu-duh! Geser dikit, mas! Perih banget...!"

Wahhh...! Seketika pikiranku kemana-mana. Ini dua orang, pasti lagi ngelakuin sesuatu. Bisa-bisanya ya, mereka mesum di rumah ini! Dan bisa-bisanya, Kak Dante berpaling ke Mas Adit!

"Mau sampai kapan kamu nyembunyiin ini dari Adriel?"

"Gak tahu, mas.."

Kak Dante yang macho dan gagah itu, menyerahkan lobangnya ke Mas Adit...?! Wahh, bener-bener ya mereka berdua!

Selama ini, aku ketipu sama wajah dan penampilannya Mas Adit! Ternyata dibalik keluguan dan kepolosannya, Mas Adit itu rupanya top sejati!

"Lagian, kamu tuh ngapain kayak gini?"

"Hehe, enak juga mas udahannya..."

"Kamu kan tahu, kalo Adriel udah marah tuh nyeremin banget..."

"Mangkanya itu mas, aku..."

Cklek.

"Mangkanya apa...?!" Aku buka pintu kamar mereka. Dengan mata melotot, dan emosi meluap-luap. "Loh...?" Rasanya wajahku kayak ditampar ngeliat Kak Dante yang lagi telanjang dada, dengan bekas kerokan nyata di bagian punggungnya.

"Dante masuk angin, dek. Badannya juga agak sumeng."

"Enggak-enggak. Aku baik-baik aja, mas."

Kak Dante buru-buru make kaos dalem, kemudian seragam sekolahnya. Tapi, ada yang aneh dengan tubuhnya itu. Sekilas, aku ngeliat kayak ada lebam di perut, sama lengannya.

Aku deketin Kak Dante. Kupegang dahinya. Anget sih emang. Udah gitu, sorot matanya pun gak kayak biasa.

Apa mungkin, Kak Dante di bully ya...?

"Aku mau ke kamarnya Aziel dulu." Kata Mas Adit.

Kak Dante megang tanganku. "Aku gak papa, Adriel." Dia mengajakku duduk di tepi kasurnya.

"Kak..."

Dengan jempolnya, dia mengusap lembut bibirku. "Masih ada waktu 15 menitan."

"Mulai..."

"Ya -- ya....?"

Aku mengangguk. Meski tadinya aku udah males banget, buat ngelayanin nafsunya -- tapi, aku kan harus nyelidikkin lebam yang ada di tubuhnya itu.

"Kak!"

"Apa..?!"

"Nanti dulu, aku kan mesti lepas seragam. Lecek lagi nanti.."

"Hehe, abis udah gak tahan..."





"Hadeeehhh..." Michele geleng-geleng. "Ada apa dengan dunia hari ini?"

Rafael menghela pelan. Dia cuma mengaduk-aduk itu mangkok baksonya, sampai bentuknya gak karuan. Dari datang tadi, sampai istirahat, mukanya tuh kusut banget.

"Kamu tuh harusnya seneng, soalnya Prince udah secara resmi dan terang-terangan ngumumin, kalau kamu sama dia udah bertunangan..."

"Dia cuma makein aku cincin, Michele. Emangnya itu bisa dibilang resmi tunangan?"

Brakk..!

"Astaga, Rafael!"

"Ko Jojo brengsek!"

He Never SleepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang