56

8 0 0
                                    

Aku kasih tugas buat nyari tau keaslian dari isi micro sd itu, ehh adeknya Mbak Tika sama pacarnya itu malah ngeliatin aku terus. Pokoknya tenggat waktunya aku kasih sampai hari ini.

Udah aku kasih transportasi gratis, hotel bintang 5 dan juga makan 3x sehari, ditambah lagi aku janjiin kalo mereka bisa nyari tau sumbernya, aku akan ngasih hadiah mereka 50 juta rupiah.

"Meskipun mereka gak ngaku, tapi keliatan banget." Kata Michele sambil ganti seragam ke baju olah raga.

"Tapi kayaknya Mbak Tika malu banget. Keliatan kan dari mukanya." Timpal Rafael.

"Dia gak tau aja, padahal kita kan juga suka sama cowok." Michele ngikik.

Prince juga ganti baju. Namun aku bisa dengar, kalo temen-temen cowok sekelasku pada membicarakan. Mereka itu masih aja terpukau dengan transformasi tubuh Prince yang tadinya kurus kering, jadi atletis sempurna.

Bahkan dua temen deketku itu aja, sampai ngelirik-lirik dengan tatapan takjub.

Pintu kelasku terbuka. Nathan masuk dengan sudah berganti pakaian olah raga. Dia, satu-satunya cowok di kelasku yang selalu aja ganti baju di kamar mandi.

Lama-lama aku kasihan dengannya. Pasti rasanya gak enak banget, selalu sendirian. Apalagi, dia udah gak punya siapa-siapa lagi di keluarganya.

Drrttt...

Hapeku berkedip-kedip. Namun tiba-tiba, Prince ngeraih hapeku. Dia menatapku curiga.

"Mas Agung?"

"Iya. Dia orang yang kerja di penginepan Dusun Bambu." Aku rebut lagi aja hapeku.

Klik.

"Mas Agung..."

'Lagi belajar ya, Driel?'

"Ini lagi ganti baju mau olah raga, mas."

'Ganggu ya..?'

"Enggak juga, mas. Ada apa mas, telepon? Mau bicara sama Michele?"

'Hmmm, masalah orang-orang itu...'

"Kenapa? Apa mereka masih berani dateng?"

'Bukannya gitu, tapi... Driel, Om Dipta mau bicara.'

'Selamat pagi, Adriel.'

"Pagi, om. Gimana kabarnya?"

'Alhamdulillah, baik. Kamu sendiri?'

"Lagi pusing, om."

'Kamu lagi sakit?'

"Bukan pusing sakit, om. Tapi kepalaku sakit, gara-gara banyak banget masalah yang dateng.."

'Adriel, om juga mau bicara mengenai orang-orang itu..'

"Iya om, maaf. Aku masih belom bisa kesana. Jadinya aku cuma bisa ngutus mereka."

'Tapi, sampai 15 orang. Apa tidak berlebihan?'

"Mereka itu kan udah aku gaji tiap bulan. Percuma, kalo mereka gak melakukan apa-apa.."

'Tapi...'

"Libur semesteran besok, aku sama temen-temenku pokoknya kesana, om. Sekalian kita mau ngerayain tahun baruan."

'Om disini tidak apa-apa. Mungkin kamu bisa panggil kembali orang-orang itu..'

"Maaf sebelomnya om, kalo misalnya aku lancang karena ikut campur. Tapi, tingkah preman-preman itu gak bisa aku maafin. Kalo aku udah selesai ujian semester ganjil, aku cari siapa dalangnya! Berani dia macem-macem, aku patahin batang lehernya!"

He Never SleepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang