43

54 6 2
                                    

"Adriel...!!"

Aku ngelongok dari jendela kamar. "Iya, denger.."

Rafael sama Michele nyengir aja. Belom tau aja mereka, hari ini aku mau nguras tenaga mereka habis-habisan. Jujur aja, area buat usahanya Mas Alfan udah selesai 100%. Tapi itu orang, aku suruh dari jauh-jauh hari buat bikin daftar belanjaan, jawabannya malah entar-besok-gampang.

Mesti dicerewetin dulu, baru dikerjain. Bukannya gimana-gimana. Mas Alfan juga kan, harus bisa buktiin ke orang tuanya, kalo dia juga bakalan bisa sukses karena usahanya sendiri.

"Aku udah bawa cemilan.." Michele senyum lebar.

"Kok sepi rumah kamu, Driel? Pada kemana?"

"Kak Dante sama Mas Adit lagi bagiin brosur. Mas Niko lagi nyari perlatan buat tempat prakteknya."

"Ohhhh..." Michele manggut-manggut.

Biar cepet, aku lompat aja dari jendela kamar. "Yuk."

"Kemana? Bukannya kita mau ngegibah?" tukas Rafael.

"Ke Lotte."

"Terus ini cemilan aku gimana?"

"Buruan yuk. Keburu siang."

Kita bertiga jalan ke bangunan utama. Emang kayaknya rumah sepi banget. Pas aku tanya Bu Irma, rupanya tiga anak kecil itu lagi asyik nonton Transformers di kamar.

"Mas Alfan!"

"Duhh, trio wek-wek udah pada kece nih. Pasti mau cari cowok...? Hehehe..."

"Jangan sembarangan, mas! Kita kan mau ke Lotte..!"

"Ohhh..., mau dianter?"

"Yaiyalah, mas! Kita kesana kan, mau belanja buat jualan!"

"Ohh, hehe --- ya maaf, kan gak tahu..."

"Ayo cepetan!"

"Oke-oke. Mau bawa mobil yang mana?"

"Bawel nih..!"

Aku putusin buat bawa mobil yang kecil-kecil. Karena emang kan, kita berangkatnya cuma berempat.

Kedua temenku malah bengong, ngeliat ke arah garasi samping.

"Halo...!"

"Adriel, itu mobil kamu semua?" Michele sampai gak ngedip.

"Iya. Tapi cuma yang murah-murah aja, yang aku taro disini. Barang kali aja, Mas Adit mau bawa mobil ke sekolah. Kasian kan dia.."

"Satu, lima, sepuluh..."

Aku tarik tangan Rafael. "Bukan waktunya belajar ngitung!"

"Aturan kamu buka rental aja, Driel."

"Eh, bodoh! Aturan darimana?!" Rafael noyor kepala Michele.

Tinn...!

Baru juga mobil kita keluar, ada sedan hitam mengkilat yang bunyiin klakson, di depan gerbang.

"Pangerannya tuh.." Mas Alfan ngeledek.

Dari mobil mewah itu, turun Prince. Dibilang santai, tapi pakaiannya udah kayak mau ke pesta aja.

"Prince?"

"Orang mah turun, dek."

"Tau nih si Adriel." Michele nyamber dari kursi belakang.

Aku emang gak turun. Selain panas, aku juga males.

"Kamu mau kemana?" Tanya Prince.

"Lotte. Mau belanja buat jualan."

He Never SleepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang