25

79 9 1
                                    

Tengah malem aku kebangun karena kebelet pipis. Kak Dante masih melek. Padahal sekarang jam 01.15. Dia lagi duduk di depan laptop, dengan tv dalam kondisi nyala, yang lagi menyiarkan siaran langsung liga Inggris.

Gak taulah, dia lagi ngerjain tugas, apa nonton bola. Soalnya matanya kesana kemari.

Apalagi, pas tau aku ke kamar mandi, dia juga ikut-ikutan ke kamar mandi.

"Kok belom tidur, kak?"

"Lagi tanggung." Jawabnya sambil senyum-senyum, dan matanya terus ngeliatin ke arah kontolku.

"Tidur, kak. Nanti kesiangan lagi."

"Emang kamu pernah liat, aku dateng telat?"

"Hehehe, enggak."

Emang gak jelas orang satu ini. Maksudnya apa coba, aku lagi pipis malah diliatin.

Aku menuju kulkas buat ambil minum. Mataku sontak terbuka penuh, begitu ngeliat kondisi meja makan yang berantakkan banget.

Seingatku, sebelom tidur tadi --- meja makan dalam keadaan bersih. Gak ada itu kotak-kotak bekas pembungkus makanan.

"Tadi aku laper. Jadi pesen online."

Gak cuma di meja makan. Di bawah meja depan tv, juga ada dus pizza yang udah kosong.

"Kamu laper? Mau aku pesenin apa?"

"Aku kebangun cuma pengen pipis, kak."

Kak Dante nuntun aku ke kasur. Sampai di kasur, dia selimutin aku, terus dia belai-belai kepalaku, sambil sesekali nyium dahiku.

"Bobo yang nyenyak, ya..."

"Emangnya aku anak kecil?"

"Bagiku, kamu itu tetaplah anak kecil, yang harus selalu aku jaga, dan aku lindungin."

Perlahan mataku mulai menutup lagi. Paling lama 2 atau 3 jam lagi, pasti dia ngebangunin aku buat minta jatah dipuasin.

Biasalah cowok. Bermanis-manis, kalo emang ada maunya doang...





"Terakhir ngegym kapan, kak?"

"Minggu lalu."

"Masa?"

Kak Dante sibuk menyabuni seluruh tubuhnya. "Kenapa emangnya? Kan aku udah bilang, sampai kapanpun, kamu gak akan aku ijinin buat ikut ngegym."

"Orang ngomong apa, malah kemana-mana."

Sekarang Kak Dante nyabunin tubuhku. Tapi kebiasaannya, pas di bagian lobang anusku, dia pasti ngejilatin dulu sebelom bener-bener dibanjiri sama busa sabun cairnya.

"Aku liat, kayaknya Kak Dante gemukkan."

"Perasaan kamu aja paling."

"Seriusan."

"Terus ---" Kak Dante bangkit lagi. Kini kami berdiri berhadapan. "Kamu gak suka kalo aku jadi gendut?" Dia memelukku. Dengan badan kami berdua yang penuh dengan busa sabun. "Aku juga heran, tiap malem bawaannya laper mulu.."

"Jangan lama-lama, kak. Nanti telat..."

Kak Dante membalik tubuhku. Dia mencium leherku, di bawah guyuran shower. Kurusakan kontolnya yang udah tegak berdiri, digesek-gesekkin ke pantatku.

Blesshhh...

Aku mengerang pelan, sambil menggigit bibir bawahku. Kontolku perlahan bereaksi. Meski subuh tadi, kami udah melakukannya, tapi sepertinya Kak Dante masih belom puas juga.

He Never SleepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang