61

8 0 0
                                    

"Gimana Kak Dante, mas?" Tanyaku ke Mas Niko pagi ini.

Aku pikir kondisi Kak Dante itu baik-baik aja. Tapi, subuh tadi dia mendadak demam. Jadinya, dia dibawa ke tempat prakteknya Mas Niko. Disitu dia diinfus, dan kata Mas Niko sih udah habis 2 kantong infusan sebelom aku dateng.

"Untuk kategori manusia normal, Dante termasuk kuat. Masa penyembuhannya juga terbilang cepat."

"Aku titip ya, mas. Kalo ada apa-apa, langsung aja bawa ke rumah sakit."

"Dek, kalau keluarganya dateng gimana?"

"Entahlah. Aku juga gak bisa melarang mereka. Semoga aja, pas mereka dateng Kak Dante udah bangun."

Begitu aku keluar dari tempat prakteknya Mas Niko, Mas Arul udah berdiri-diri persis di sebelah mini cooper berwarna merah bata mengkilat, yang ada di seberang rumahku.

Kupikir, daripada dia mahal-mahal ngekos, mending dia tinggal aja di rumah. Sekalian jadi supir dan pengawalku juga. Selain itu, aku bisa ngorek-ngorek lebih dalem tentang Mas Seno.

"Dante gimana, Driel?"

"Katanya sih baik-baik aja, mas."

Mas Arul sama sekali gak mau nyinggung tentang Mas Seno. Apa aku mulai duluan aja ya...?

"Kenapa, mas?"

"Gak papa."

"Jangan bohong. Abis diputusin pacarnya ya?"

"Aku masih jomblo, Driel."

"Yaaa, kasian. Nanti aku cariin deh yang cocok. Hehehe..."

"Apa gak papa, aku tinggal di rumah?"

"Mas Arul, sederetan itu ada 4 rumah. Dan semuanya punyaku. Kalo Mas Arul gak suka tinggal di rumah utama karena keberisikkan trio bocil, ya tinggal di rumah sebelah aja. Atau, di tempat prakteknya Mas Niko. Itu di atasnya juga kan ada 3 kamar tidur. Hitung-hitung sekalian jagain gitu. Hehehe..."

"Benar kata Mas Seno. Ternyata kamu itu baik.."

"Hehe..."

"Tapi aneh dan unik juga.."

"Sialan orang itu!"

"Dan berani juga."

"Berani?"

"Aku aja, udah lama kenal dia, gak berani sekalipun ngomong kasar apalagi ngebentak dia."

"Lagian, Mas Seno gak akan mungkin mau nyelakain aku. Hehe.."

"Yaa, memang benar."

"Emang, Mas Arul sama Mas Ardan dulunya deket banget?"

"Sangat dekat."

"Cuma deket apa udah sampai tahap pacaran?"

"Itu ---" Mas Arul salah tingkah. "Kita belok e kanan ya?"

"Ikutin GPS aja, mas."

"Hmmm..."

"Ayo mas, ceritain aja semuanya ke aku."

Mas Arul noleh. "Aku takut nanti kamu malah bosen.."

"Mas, berhenti!!"

"Ehh, kenapa Driel..?!"

"Aku mau makan bubur dulu."

"Aku kira kenapa.."

"Hehe.."

Sambil sarapan bubur, aku dengerin tuh ceritanya Mas Arul. Bosenin sih enggak. Cuma, Mas Ardan kok seberuntung itu ya, bisa punya temen kayak Mas Arul.

Pantes aja, Mas Arul bisa ngajarin Kak Dante tarung, dari kecil dia udah latihan. Itupun karena dia bertekad, buat ngelindungin anak laki-laki bertubuh kecil dan kurus, yang selalu diganggu oleh anak-anak nakal lainnya.

He Never SleepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang