49

58 8 2
                                    

"Adriel, kemarin ada paket untukmu." kata Mas Adit pas kita lagi pada ngumpul sarapan.

"Paket? Paket apaan? Perasaan ---"

"Gak usah ngomong mulu. Sarapan yang banyak. Biar kuat." Mas Alfan kok makin lama, sikapnya udah mirip ibu-ibu yang bawel banget sama anaknya ya...?

"Gila kali ya? Emangnya aku ini kuli proyek?"

"Nanti mau berangkat bareng, Driel?" tanya Kak Dante.

"Boleh." Tadinya aku ngangguk aja. "Eh, gak usah deh. Jauhan gitu sekolahnya. Nanti kalian malah telat."

"Gak papa, dek. Kalo kamu mau, bisa kita anter dulu." Kata Mas Adit.

"Aku tuh heran sama kamu. Mobil punya selusin. Tapi, kemana-mana malah ngeteng sendiri."

"Ribet ya, Mas Alfan. Bukannya gimana-gimana. Nanti tiba-tiba mogoklah, ban kempeslah, nabrak oranglah..."

"Bu Irma ngasih tahu dek, kalau minggu besok trio bungsu mau jalan-jalan ke Taman Safari." kata Mas Niko.

"Yaudah. Ikut aja."

"Kita juga sekalian aja jalan-jalan!"

"Heh!" Aku arahin garpu ke arah Mas Alfan. "Warung tuh buka! Jangan maunya jalan-jalan mulu!"

"Kan gara-gara kamu, yang tiba-tiba hilang mendadak.."

"Hari ini pokoknya dibuka. Nanti aku langsung pulang."

"Kenapa gak nunggu weekend aja, dek?"

"Terus, mau mulai bayar ke aku kapan?"

"Udah ditagih aja. Hhuhu..."

"Den mas, ada temannya jemput. Prince."

Belom sempet buka paket yang entah dari siapa, Bu Irma ngasih tahu kalo Prince udah ada di depan.

"Aku berangkat dulu."

"Dek, ciumnya mana?"

"Apaan sih?!"

"Kok gitu?"

Aku menghela, sambil menatap mereka bereempat. "Masa iya, aku harus nyium kalian semua?"

"Gak usah didenger si Alfan. Kamu hati-hati." Pesan Mas Niko.

Begitu ngeliat Prince, aku langsung teringat kembali ucapan Mas Seno. Apa iya, Prince itu orang yang berbahaya, dan aku harus berhati-hati dengannya?

"Aku senang melihatmu." Prince memeluk, kemudian mencium pipiku.

"Maaf ya, kemaren aku ada urusan mendadak."

Prince memegang kepalaku. Lagaknya udah kayak dia yang lebih tua. Padahalkan, kita itu seumuran. Dan lagi --- waktu berhubungan seks dengannya, malah aku yang jadi TOP-nya. Bukan dia.

Prince melambai sambil tersenyum sinis. Aku tahu, dengan keluarnya Kak Dante dari sekolah, itu artinya dia gak perlu bersaing lagi demi mendapatkan diriku.

Di sepanjang jalan menuju sekolah, Prince terus aja megangin tanganku. Sesekali dia menoleh, kemudian mengecup pipiku lembut.

"Kalo mereka satu sekolah, mungkin lama-lama mereka bakal suka satu sama lain."

Pasti yang dimaksud Prince, Kak Dante sama Mas Adit. Mereka emang satu sekolah, tapi aku sih yakin Kak Dante gak bakal gitu aja nyerahin tubuh dan kontolnya buat orang lain. Apalagi orang itu cuma kayak Mas Adit.

Hhehee...





Tadinya Kak Dante adalah calon terkuat yang akan kembali mengisi jabatan ketua OSIS. Namun, dengan keluarnya dia -- dan tidak ada kandidat kuat lainnya, akhirnya terpilihlah Prince sebagai ketua OSIS yang baru.

He Never SleepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang