8

107 15 1
                                    

Wajah ganteng Mas Fian, jadi lebam dan bonyok, gara-gara dihajar sama Mas Alfan. Kalo aja, pria bermata kecil berkacamata itu gak memisahkan Mas Alfan, mungkin Mas Fian harus dirawat intensif di ICU kali.

"Kamu juga, kenapa mau pindah gak bilang-bilang?!" Sekarang Mas Alfan malah marah ke aku. "Kamu kan bisa nunggu nanti dulu!?"

"Yang gak bisa dihubungin siapa?" Tanyaku balik. "Pergi main pergi aja. Sekarang, tiba-tiba nyalahin aku?!"

"Ehh, maksud aku bukan gitu, dek." Dia gak jadi marah. "Aku kan perginya mendadak, karena harus jemput..."

Mas Niko.

"Kalo dari awal Mas Alfan bilang punya apartemen deket sekolahanku, pasti kan aku juga gak mau tinggal sama orang aneh itu.."

"Berarti masih mending gue lah.." Mas Fian cengar-cengir kepedean.

Aku menghela. "Gak ada yang mending. Sama aja. Semuanya pada gak beres."

"Jangan dipaksa juga, Fan. Kalau Adriel harus pindahan lagi, berarti dia harus angkut-angkut barang lagi." Jelas Mas Niko.

"Ya gak bisa, Nik! Aku gak mau, Adriel tinggal sama orang yang gak jelas asal-usulnya!"

"Bener! Apalagi dia itu dari ras minoritas. Lo tau kan, mereka itu hobinya ngejajah pribumi..!?"

Mas Fian beneran ngawur banget bicaranya. Apa coba hubungan antara tinggal bareng, mata sipit, ras minoritas, sama menjajah..?

"Gimana kalau sekarang kita makan siang dulu?" Usul Mas Niko.

Aku melempar pandanganku ke arah luar jendela. Bahkan dari tempatku duduk sekarang, aku bisa ngeliat gedung sekolah, dan Boba House. Tempat dimana biasanya aku dan kedua temanku nongkrong untuk bergibah.

"Sekalian aja kita belanja, Fan."

"Terserah!"

"Kamu kenapa lagi?"

"Aku gak suka ada si bangsat itu disini..!"

"Dih, disini gue juga gak minta makan gratis! Sorry-sorry aja, dompet gue masih tebel..."

"Dek, sebelum kamu ikut tinggal disini, kamu harus melakukan satu hal."

"Apaan, mas?"

"Kamu beresin semua barang-barang yang ada di kosan Alfan, kemudian kamu bawa semuanya kesini."

"Maksudnya gue mindahin semuanya sendirian?!"

"Iya."

"Lah, kenapa harus gue?! Itu kan barang-barangnya Mas Alfan..?"

"Nanti, aku bilang sama Kak Dante. Kalo tiap Weekend, aku bakalan nginep disini."

"Ahhh, kalo gitu gue semangat!" Senyum Mas Fian mengembang lebar. "Yang penting, gue bisa bobo sama dedek gumush satu ini..!"

"Hehe, semangat pindahannya ya mas.."

Mas Alfan sama sekali gak menanggapi pembicaraan ini. Apa sebetulnya yang membuat dia sampai sebenci itu sama adeknya sendiri...?





"Aku lagi belanjan sama Mas Alfan, kak. Mau jemput jam --- Gak usah, kak --- Nanti aku pulang sendiri aja."

"Dante ya?" tanya Mas Niko.

"Iya, mas."

"Selain good looking, kayaknya dia juga anak yang baik."

"Baik sih baik, mas. Cuma aku gak ngerti aja sama sikapnya."

"Maksudnya gimana, dek?"

"Ya gitu, mas. Mulai dari dia gratisin biaya sewa kamar, terus dia ngebeliin apa aja buat aku. Padahal aku mah, gak pernah minta apa-apa ke dia."

He Never SleepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang