69

8 0 0
                                    

"Bu, teh susu angetnya satu dong.."

Ternyata, jalan turun sedikit dari Dusun Bambu ada warung kopi yang jual nasi uduk, lontong, sama gorengan.

Enak juga, pagi-pagi gini makan gorengan yang masih anget. Ditambah lagi, cuacanya tuh ngedukung banget.

Aku ambil sebiji pisang goreng. Waktu gigitan pertama, aku baru ngeh kalo ternyata si ibu yang lagi ada di dalam warungnya itu, sama beberapa bapak-bapak yang lagi ngopi, malah bengong sambil ngeliatin aku.

"Bu..."

"Ehh, iya.."

Kenapa ya dengan ekspresi ibu itu? Emang, ada yang salah denganku..? Apa mungkin, karena aku cuma pake celana pendek payungan, jadi mereka ngira kalo aku ini orang aneh...?

Dddrrkk...

Bahkan ketika ibu itu memberikan segelas teh susu panas ke hadapanku, tangannya gemeteran, dan dia langsung masuk lagi ke dalam warungnya.

Padahal, pas tadi aku dateng mereka kayak rame banget lagi ngobrol gitu. Tapi sekarang, kenapa mereka semua malah diem...?

Kok aku jadi merinding ya...? Jangan-jangan, warung inu warung ghoib. Dan mereka semua itu, bukan manusia...!

Dari arah bawah, kulihat ada motor mendekat. Dari suara mesinnya, kayaknya itu motor tua. Bener aja, ternyata itu honda supra keluaran lama, yang lagi ditumpangi oleh 2 orang bapak-bapak.

"Hujan terus!"

"Pakaian kemarin belum kering. Cuaca memang sedang tak -- astagfirullah...!"

Kedua bapak-bapak itu menjauh dengan wajah pucat ketakutan. Mereka sekarang bicara pake bahasa jawa, yang sama sekali gak aku mengerti.

Hujan yang tadinya cuma rintik-rintik kecil, sekarang jadi lumayan deres. Tapi aku agak lega dalam hati, soalnya aku bisa pastiin kalo ini tuh bukan warung ghoib. Dan mereka semua itu, manusia asli.

Drrrttt...

"Kenapa, mas?"

'Kamu lagi dimana, Driel? Kok pergi gak bilang-bilang?'

"Aku lagi makan gorengan."

'Hmmm, hujannya makin deres. Aku jemput kamu ya..'

"Aku di warung ---"

'Aku udah tau, Driel.'

Klik.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Kebetulan ada Pak Ustad...!"

"Tad, sini...!"

"Ada apa ini, bapak-bapak...?"

"Itu ---"

"Astagfirullah..."

Nah kan, sekarang bapak-bapak yang dipanggil ustad itu malah ikutan istighfar begitu ngeliat keberadaan aku.

"Adriel..!"

"Mas Agung...?"

"Agung...! Sini...!"

Mas Agung malah ditarik ke arah lain.

"Gung, itu --- hantunya Arkan..?!"

"Ya Allah, ternyata benar anaknya Pak Dipta meninggalnya tidak wajar!"

"Bapak --- ibu, dia itu namanya Adriel. Orang Jakarta. Dia kesini lagi liburan sama teman-temannya."

"Tapi kenapa mirip sekali sama Arkan...?"

He Never SleepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang