20

80 10 1
                                    

"Emang gak bisa minggu depan ke tempatnya Mas Alfan?" Tanya Kak Dante, lagi dan lagi.

Aku ngambil wafer, biskuit, sama susu buat Aziel. Kalo keingetan sama anak kecil itu, kok aku jadi kasihan ya. Mana masih kecil, yatim piatu, dirawat sama om dan tantenya, gak taunya om dan tantenya itu malah kayak dajjal kelakuannya.

"Adriel..."

Aku menghela. Kutatap wajahnya Kak Dante. "Dari Senin sampai Jumat, setiap pagi aku selalu kasih jatah. Bahkan gak cuma pagi, kadang tengah malem juga. Apa itu masih kurang?"

"Tapi gak harus sampai 3 hari, kamu nginep disana, Driel."

Ya ampun, ini orang. Cuma 3 hari aja, sampai segitu paniknya. Lagian juga 3 hari itu gak full ada di apartemennya Mas Alfan.

Aku pergi Jumat malem. Terus, Minggu malemnya juga udah balik lagi.

"Aku udah selesai, kak."

Meskipun cemberut, Kak Dante tetap yang dorongin troli, dan bayarin belanjaan aku.

Hapeku bergetar. Begitu dicek, ternyata WA dari Pak Lucas.

"Adriel, jangan lupa kerjakan tugasnya. Saya tidak mau, kalau kamu sampai tersingkir dari kelas tambahan."

Sejak aku ikut kelas tambahan, ini adalah WA kesekian kalinya yang aku terima dari Pak Lucas.

Entah akunya yang kege'eran, tapi kayaknya dia itu baik dan perhatian banget sama aku.

Kak Dante seharusnya balik arah, di puteran tadi. Tapi dia malah jalan lurus, ke arah yang gak seharusnya.

"Aku laper. Mau cari sate padang."

Bukannya tadi sebelom belanja, kita udah makan Hokben ya...?

Mulai dari turun mobil, sampai udah duduk di warung tenda sate padang, Kak Dante keliatan jelas kalo lagi ngambeknya. Mana orang-orang pada ngeliatin lagi.

"Kan aku ngajakkin nginep Kak Dante juga.."

"Buat apa? Aku masih punya kosan yang nyaman."

"Yaudah. Pokoknga aku udah nawarin."

Udah jam 22.15. Tapi ini orang makannya lama banget. Beneran gak kayak biasanya.

"Pak, satu porsi lagi.."

Ohhh, jadi ini siasatnya. Sengaja ngelama-lamain, supaya aku gak jadi nginep di tempatnya Mas Alfan kali ya..?

Aku telepon Mas Alfan, langsung di depan Kak Dante.

"Mas, maaf ya. Aku gak bisa nginep sekarang. Soalnya ini aja baru pulang."

'Gak papa, dek. Tapi kamu, baik kan?'

"Alhamdulillah, mas. Yang lain gimana?"

'Baik semua, dek. Besok aku tunggu ya, dek.'

Klik.

Kak Dante natap aku lekat-lekat. Kemudian dia menyeringai lebar. "Pak, dibungkus aja!"

"Bisa begitu..."

"Cepetan ya, pak!"

"Tadi aja dilama-lamain. Sekarang minta cepet-cepet."

Abis bayar, Kak Dante langsung narik tangan kananku menuju mobilnya. Dia sampai masangin sabuk pengaman segala.

"Kita pulang sekarang?"

"Ya pulanglah, kak. Masa iya mau ke hotel?"

"Hotel?" Mata Kak Dante berbinar. "Ide yang bagus...!" Dia malah mencubit sebelah pipiku.

He Never SleepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang