32

65 9 1
                                    

"Ya Allah, kakak...!!" Aku refleks teriak dong, baru selesai sholat malah ngeliat pemandangan Kak Dante yang lagi wara-wiri telanjang bulet.

"Heboh banget, ay." Kak Dante cuma nyengir aja.

"Maksudnya apa?"

"Gak ada maksud apa-apa." Dengan santai dan cueknya, dia ngambil laptopnya, duduk ngadep balkon, dengan posisi gorden terbuka!?

"Emang gerah apa, kak?"

"Enggak. Biar simple aja."

Aku ambilin kaos sama celananya. "Pake dulu nih. Gak malu nanti kalo keliatan orang?"

"Kamu risih? Hmmm...?"

"Aku gak risih, kak. Tapi kan..."

"Ya terus kenapa? Lagian, kamu kayak baru kali ini ngeliat aku telanjang."

"Yaaa, terseralah."

Aku balik ke kasur. Berhubung semua barang udah kuberesin, jadi aku gak tau mau ngapain lagi sekarang.

Apartemen ini emang gak seluas kamarnya Kak Dante. Tapi, unit studio yang aku sama Kak Dante tempatin ini tuh, mewah banget. Mulai dari design interiornya, furniturenya, sampai viewnya yang langsung menghadap ke gedung perkantoran Sudirman Thamrin!

Yang aku agak heran, masa apartemen mewah kayak gini, biaya sewa bulanannya cuma sejuta pas. Itu juga aku gak perlu bayar listrik, air, sama wifi lagi katanya.

"Adriel..."

"Apa?"

"Mendadak bangun nih..."

"Tau, ah..! Aku capek!"

"Sebentar aja, oke..?"

"Sekarang baru maghrib. Nanti mau tidur, minta lagi. Terus, tengah malem lagi. Subuh juga minta lagi..!"

Kak Dante berjalan menghampiriku. Kontolnya udah ngacung kokoh ke atas. Ngeliat pemandangan itu, air liurku hampir menetes.

"Kalo gak mau, aku isep aja gimana?"

"Hmm, yaudah."

Aku memposisikan diriku, duduk di pinggiran kasur. Sementara Kak Dante, berlutut di antara kedua kakiku.

"Ahhh..." Aku mengerang pelan, sambil memejamkan mata.

Gak sampai semenit, kontolku yang tadinya tidur, kini sudah ngaceng di dalam mulutnya Kak Dante.

Tubuhku bergetar hebat. Merasakan tiap sensasi yang muncul di seluruh batang kontolku, kemudian menjalar ke seluruh tubuh.

Aku tau, Kak Dante itu tipe cowok hypersex. Hari sekolah aja, dia bisa minta jatah sampai tiga kali. Apalagi kalo pas weekend gini. Bisa sampai berkali-kali dia menyetubuhiku.

Meskipun begitu, dia bukan tipe pemaksa. Kalo misalnya dia minta jatah, terus akunya gak mau, dia pasti ngertiin banget.

Tapi sebagai gantinya, dia minta buat ngisepin kontolku sampai muncrat di mulutnya.

"Kak, aku mau keluar..."!

Karena udah gak tahan, aku jambak rambut Kak Dante. Kutekan kuat-kuat kontolku, ke dalam mulutnya..!

Nafasku tersengal tak beraturan. Padahal aku cuma duduk aja. Tapi kenapa tubuhku sampai berkeringat segini banyaknya...?

"Udahan kak, geli...!!"

Kak Dante masih aja ngejilatin lobang pipisku. Seolah dia gak mau, sampai masih ada cairanku yang tersisa.

"Aku mau keluar, ay..."

He Never SleepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang