29. alvin izin

1.1K 73 4
                                        

🚦

"Lo harus janji dulu sama gue bang? Gue gak bakalan bilang kalo lo gak bisa janji sama gue" ujar giandra

Rean menghela nafas kasar begitu pula dengan bian yang sudah jengah dengan giandra yang terus-terusan menutupi kondisi tubuhnya.

Sampai kapan harus seperti ini? Apa adik bungsunya itu akan menyimpan fakta seumur hidupnya

"Abang janji!!" Lirih reandra

Giandra tersenyum, hingga detik berikutnya ia berjalan kearah meja komputernya dan membuka laci untuk mengambil sebuah amplop yang ia simpan.

Giandra memberikan amplop tersebut kepada rean, membuat abangnya yang menerima amplop tersebut merasakan detak jantungnya yang berdetak cukup kencang.

Reandra membuka amplop tersebut dan mulai membaca isinya dengan perlahan, ia tidak mengerti dengan semua tulisan yang tertera dalam isi surat tersebut. Namun matanya terfokus dan mengerti pada tiga kalimat tebal yang digaris bawahi.

"Ini bohong kan dek? Bilang ke abang kalo semua ini bohong, lo lagi gak ngeprank abang kan?"

"Jangan bercanda dek, bagaimana bisa penyakit mematikan itu ada ditubuh lo?" Ujar reandra dengan lirih dan tatapannya yang terlihat putus asa

"Lo juga udah tau bang? Dan tetep diem aja, Bilang kegue kalo semua ini salah.. bilang sama gue bang kalo diagnosa itu salah"

"Lo jangan diem aja bang bian.." teriak rean dengan air mata yang menetes sembari mencengkram dada kirinya dengan cukup kuat

"Lo oke dek?" Tanya bian dengan nada khawatir karena dilihatnya adiknya itu meringis memegangi dada kirinya

"Lo sakit bang? Balik kekamar lo aja ya bang? Gue yang anter" tanya gian panik dan mulai membantu reandra untuk kembali kekamarnya. Namun dengan cepat pula rean menepis tangan adik bungsunya itu

"Lo bisa-bisanya lebih mentingin gue dari kondisi lo sendiri... Kondisi lo lebih buruk giandra, abang baik-baik aja!" Ujar rean kesal dan mulai mengatur nafasnya yang naik-turun tidak beraturan.

"Bunda sama papa harus dan wajib tau dek, bisa-bisanya lo nyembunyiin kondisi tubuh lo yang buruk ini dari mereka" ujar rean dan hendak pergi, namun lagi dan lagi giandra menahan lengannya dengan cepat

"Enggak bang, lo udah janji sama gue.. gue mohon tepatin janji lo sama gue bang" mohon giandra.

Rean mengeram dan mengacak rambutnya frustasi, dia tidak tau apa yang harus dilakukan..

Dirinya benar-benar bingung, bagaimana bisa semua takdir buruk hanya tertuju kepada adik bungsunya tersebut

💜💜💜


Giandra menatap makanannya tanpa minat karena dirinya benar-benar tidak bernafsu untuk menyantap makanan sehat yang ia pesan sendiri

Saat ini dirinya dan ketiga sahabatnya sedang berada dikantin kampus sembari menyantap makan siang mereka.

Namun lagi-lagi giandra kehilangan nafsunya setelah pagi tadi ia berdebat dengan biandra untuk menunda kemoterapinya karena harus menemui rektor yang hanya mau bertemu dengannya siang ini.

I'm NOT OKAY ~ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang