12. bang bian

1.2K 69 0
                                    

🚦

"Dari mana dek?" Ujar seseorang tiba-tiba hingga membuat giandra cukup terkejut dan dengan cepat menoleh lalu mendapati bian sang abang yang duduk dikasurnya sembari memegang sebuah kertas

Giandra membuka matanya lebar, dengan panik dia menghampiri bian berusaha merampas kertas tersebut. Namun usahanya gagal, karena bian dengan cepat menarik tangannya

"Siniin kertas gue bang" ujar gian dengan nada suara yang tinggi. Membuat bian cukup terkejut karena baru kali ini giandra membentaknya

"Lo ngapain disini bang?" Tanya giandra dengan kesal

"Bunda nyuruh abang buat anterin makanan kesukaan lo, tapi lo gak ada.. dari mana? Abang udah nungguin lo dari 2 jam yang lalu" jawab bian membuat giandra mengerti kenapa bian bisa menemukan kertas itu karena biandra adalah salah satu orang yang tidak suka melihat tempat yang berantakan.

Terbukti... Kamarnya bahkan jauh lebih rapi dari sebelumnya

Biandra pasti menemukan kertas itu saat beberes tadi

"Lo sakit dek?" Tanya bian lagi dengan lirih tanpa memperdulikan giandra yang mencoba merebut kertas itu lagi darinya.

"Apaan sih bang, gue gak sakit..." Jawab giandra cepat

Biandra tertawa pelan mendengar jawaban dari gian, dia bukan mentertawai adik bungsunya itu. Namun ia mentertawai dirinya sendiri yang terlambat tau mengenai kondisi kesehatan adiknya sendiri

"Maafin abang ya dek" ujar giandra lagi dan terdengar semakin lirih

"Gue gak sakit bang, kertas itu cuma hasil diagnosa yang salah.. gue baik-baik aja bang, beneran" jawab giandra dan kali ini nada suaranya terdengar lebih halus karena percuma juga dia harus berbicara dengan nada tinggi kepada abang sulungnya itu

"Alesan lo gak masuk akal dek, kalo mau bohong seenggaknya buang dulu baju yang ada di atas wastafle kamar mandi.. jangan ngarang cerita lagi karena abang gak akan percaya" ujar bian membuat giandra kembali terdiam dan menatap kosong kelantai kamarnya

"Maafin gue bang.."ujar giandra dengan lirih diiringi air mata yang menetes secara perlahan.

Biandra memeluk tubuh adik bungsunya dengan erat, dapat ia rasakan tubuh giandra bergetar dengan hebat menahan tangis membuat ia dapat merasakan rasa sakit yang coba adiknya tahan.

"Sejak kapan?" Tanya bian dengan pelan sembari melepas pelukannya, memegang bahu sang adik dan menatap matanya dengan tatapan khawatir

"Sebelum diagnosa emang sering banget lemes bang, kadang pusing, mual dan rasa sakitnya gak bisa dijelasin"

"Puncaknya gue mimisan banyak banget pas rapat kadiv buat event tahunan.. dan karena panik alvin, yoga sama bayu buru-buru bawa gue kerumah sakit"

"Mereka tau hasil diagnosa ini dek?" Tanya bian, giandra menggeleng sebagai jawaban dan hanya bisa membuat bian menghela nafas pelan

"Hasilnya keluar ketika mereka masih ngampus. Gue gak berani kasih tau mereka bang.. takut mereka khawatir sama gue dan sekarang malah lo duluan yang tau kondisi tubuh gue" ujar gian

"Dokter bilang apa? Perlu check up rutin kan.. pengobatannya gimana? Terus masih stadium awal kan? Abang punya temen dokter onkologi nanti temuin temen abang aja ya?" Ujar biandra dengan beberapa pertanyaan yang cukup membuat giandra bingung

I'm NOT OKAY ~ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang