Satu

131 16 0
                                    

Hai 👋 malam ini kita kenalan sama karakter Putra Mahkota Jimin dulu ya..
Dia pindah ke bumi biar tidak diganggu sama kakeknya aka Raja Shalayim dan para tetua vampir, mungkin kalau di sini anggota DPR gitu kali ya 😆
Happy Reading..
.
.
.

Jimin.

“Bagaimana kau bisa tahan tinggal di sini? Semuanya begitu… dasar.” 

Ibuku mengangkat hidung bangsawan nya di rumahku yang bernilai sepuluh juta dolar dengan dekorasi Louis ketiga belas yang sangat kusukai.

Ya bu, piringnya hanya Wexford yang baru berumur seribu tahun, sama sekali tidak seperti gelas emas dan peralatan makan yang kita miliki di rumah yang berasal dari zaman kekaisaran Babilonia.

"Dan makanannya, tidak ada substansinya, bagaimana kau bertahan hidup?" 

Iga bakar dibuat dengan benar, dan kentang segar yang dipanggang dalam oven dengan asparagus direbus dalam saus Hollandaise, bersama dengan hidangan sayuran panggang yang menyertainya memang di bawah standart agung ibuku.

“Ibu baru saja membuat daftar semua alasan mengapa aku tinggal di sini. Karena aku tahu tidak ada para tetua yang tahan berada di sini selama lebih dari dua hari. Yang berarti tidak ada mata yang mengawasi setiap gerakanku, menghitung setiap tindakanku. Itu disebut kebebasan.”

“Aku selalu bisa memprogram diri ku untuk menyukainya.”

"Ya, tapi Ayah tidak akan melakukannya dan Ibu tidak bisa jauh darinya selama lebih dari dua jam, jadi kurasa aku memenangkan ronde ini." 

Dia tersenyum memberi semangat padaku, senyum yang sama yang pernah kulihat sepanjang hidupku; tapi ada sesuatu, sesuatu di sekitar matanya.

"Katakan padaku, Bu, untuk apa aku berutang kesenangan atas kunjungan tak terduga ini?" 

Aku memperhatikannya dengan cermat, mengetahui bahwa dia lebih baik dalam menyembunyikan pikiran batinnya daripada diriku, dan aku ahli dalam hal itu.

Dia mengangkat bahunya yang elegan saat dia mondar-mandir di sekitar ruangan, mengambil vas bunga dan mengembalikannya ke tempatnya. 

Sekarang aku benar-benar khawatir; ibuku tidak pernah mondar-mandir dan dia tidak pernah segugup ini. Cukup gugup hingga dia lengah.

“Tidak bisakah seorang ibu mengunjungi putranya?” 

Oke, ada apa, dan siapa yang memekik? 

Aku menelusuri daftar pelanggaran terakhirku di kepalaku, memastikan untuk melindungi pikiranku darinya.

Tidak, aku tidak bisa memikirkan apa pun yang telah ku lakukan yang akan mengirimnya meluncur melalui ruang dan waktu untuk mengunjungi ku tanpa peringatan sebelumnya. Dan tanpa Ayah ku! Keduanya hampir tidak pernah terlihat datang sendiri.

"Ibu membuatku takut." Tidak cukup akurat tapi dekat.

"Kau anak bodoh." Dia datang dan mencium kepalaku. Seperti yang dia lakukan saat aku masih kecil. Apa yang terjadi di sini? “Tidak apa-apa. Aku hanya merindukanmu itu saja.”

Sekarang... mungkin benar. Dia memang memiliki kecenderungan untuk pergi pada salah satu keinginannya tanpa peringatan, tetapi sebanyak aku mencintainya, aku hanya bisa berharap dia mampir ke saudara-saudaraku seperti yang dia lakukan padaku dan tidak melibatkanku.

Aku mendongak ketika dia tetap berdiri di sampingku, dengan ekspresi keibuan di wajahnya. 

Sialan! 

“Bu…”

"Jimin sayang, berhenti rewel, aku baru saja mampir ke sini dalam perjalanan ke rumah kakakmu, semuanya baik-baik saja."

Mate EnemieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang