Tujuh belas

63 11 4
                                    

Yeorin.

Apa yang terjadi padaku tadi malam? 

Aku melihat tanda di leher ku, berlari keluar dari kamar mandi setelah melihatnya pertama kali dan kembali lagi untuk memastikan mata ku tidak menipu ku. Bahwa itu bukan tipuan cahaya pagi yang sekarang mereda melalui jendela Prancis yang melapisi seluruh dinding kamar mandi.

Aku mendapat perasaan aneh di perut saat aku mengusap ujung jari ku dengan lembut di atas tanda itu. Rasanya seperti panas cair telah berpindah dari bagian terdalam diriku ke tempat rahasia di antara pahaku dan aku menjadi sesak napas. Sampai-sampai aku harus meremas paha ku untuk membantu meringankan rasa sakit.

Pikiranku melayang dengan sendirinya sampai aku mendapat kilasan cepat tentang dia, penyiksaku, dan menarik diri dari cermin dengan terengah-engah. 

Aku melihat sekeliling setengah berharap untuk menemukannya berdiri di belakangku, mengawasi. Kulitku terasa memerah, putingku mengeras dan kesemutan dengan cara yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya dan untuk sepersekian detik aku merasa seperti tenggelam.

Mengapa ingatan tentang dia begitu kuat pagi ini? 

Kenapa aku bisa merasakannya, seolah dia ada di sini? 

Memar di leherku berdenyut-denyut dengan cara yang aneh dan aku merasakan kehadirannya bahkan lebih kuat ketika aku mengusapkan jariku dengan hati-hati di atasnya sekali lagi. Aku menarik tanganku dengan suara mendesis dan menatapnya dengan heran.

Bekas itu menonjol seperti suar yang menarik perhatian ke kulit ku yang tidak bercacat, sesuatu yang tidak pernah ku sukai dan telah berusaha keras untuk dihindari. Tidak ada bintik matahari untukku.

Jadi mengapa aku begitu terpesona olehnya? 

Hampir seolah aku tidak tahan untuk berpaling. Aku melihatnya untuk terakhir kalinya mencoba dengan sungguh-sungguh mengingat apa yang mungkin telah ku lakukan untuk mewujudkannya. Jika aku tidak tahu lebih baik, aku bersumpah itu adalah tanda cinta, sesuatu yang mungkin dibagikan oleh kekasih yang penuh gairah dengan kekasihnya.

Tapi aku tidak punya salah satunya dan satu-satunya pria di sekitar sini adalah Jojo…. 

Sekali lagi aku melihat pandangan sekilas dari wajah menawan yang penuh teka-teki itu. Tapi dia tidak terlihat seperti malam itu ketika dia menahanku di pohon. 

Sebaliknya dia tampak… lebih lembut, seolah dalam mimpi. Aku mencemooh pemikiran anehku. Tentu; Putra Mahkota dan penguasa masa depan dunia abadi memiliki sisi lembut.

Seolah hanya memikirkan dia membuka pintu tersembunyi di pikiranku, aku mengingat kembali setiap saat yang aku habiskan bersamanya malam itu, yang tidak banyak. Tetapi bahkan ketika aku memikirkan saat-saat singkat itu, sesuatu yang lain menggelitik di tepi pikiran ku. 

Aku mulai meraih ingatan itu apa pun itu, tetapi benda di leher ku terasa seolah seseorang tiba-tiba memegang lilin yang menyala di kulit sensitif ku yang lembut.

Ada apa denganku? 

Aku sudah merasa aneh sejak aku bangun pagi ini kalau dipikir-pikir. Dan ada perasaan aneh di sini yang belum pernah ku rasakan sebelumnya, atau setidaknya, tidak pernah ku sadari. Semacam kehadiran di udara yang hanya di luar jangkauan ku.

Itu bukan perasaan yang buruk, tidak mengancam dalam arti dasar, tapi tetap saja aku merasa lebih dari sedikit gelisah karenanya. 

Ah, ya, itu waktu itu, bagaimana aku bisa lupa? 

Mungkin itu sebabnya aku sangat tidak waras, mengapa tubuh ku bertindak seperti memiliki pikirannya sendiri. Dan mengapa aku sepertinya memikirkan bajingan itu dalam pikiranku.

Mate EnemieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang