🏡 17

1.5K 159 13
                                    

Makasih untuk kamu.. bestie yang masih setia baca cerita ini.

Maaf untuk kesalahan penulisan.

Maaf untuk kesalahan penulisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


■Kenapa Seperti Ini■

"Selamat sudah berhasil jadi peringkat satu seangkatan. Tunangannya Nattan memang pintar. Kamu hebat.." dua jempol ditunjukkan untuk remaja yang baru saja menerima raportnya.

'Oh Tuhan. Jangan pernah pisahkan aku darinya.'
doa si remaja dalam keterdiaman karena terpana dengan malaikat manis dihadapannya.

Hyunjin tertegun, serasa waktu berhenti. Kembali mengingat bahwa dirinya belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Untung saja bahasanya tadi masih sopan walau terkesan memerintah. Lebih beruntungnya lagi, Nattan ada disampingnya.

"Kamu.. kamu yang hebat Umma. Makasih sudah ngendaliin aku tadi." Hyunjin meraih kedua telapak tangan si manis. Digenggamnya erat lalu disandarkannya kening pada telapak tangan mungil itu.

"Ga apa Eka, terkadang kamu bakalan bertemu orang seperti mereka dan tidak bisa mengendalikan emosimu karena sikap mereka. Tapi tetap tidak ada gunanya menanggapi orang yang tak memiliki etika." Felix mengelus poni tunangannya yang menutupi mata. Rambut itu kini terlihat lebih panjang tanpa dipotong.

"Iya Umma. Makasih ya sudah ingatin aku." Hyunjin meraih kepala Felix untuk ditemukan dengan kepalanya. Mengelus kedua kening itu membuat si manis tertawa lepas karena Hyunjin terlihat seperti anak kucing yang lucu.

Belakangan ini, Hyunjin sering meminta untuk dielus pucuk kepalanya atau menggenggam erat tangannya. Sepertinya kini telapak tangannya menjadi tempat bersandar Hyunjin. Jika diingat lagi Hyunjin pernah berkata jika dia suka tangannya yang mungil dan pas digenggam.

"Iya Eka.. sama-sama." Felix terpikir dalam hati, Hyunjin ternyata belum mampu mengendalikan emosinya dengan baik. Jadi dia harus bisa menjadi penyejuk untuk remaja itu. Sekarang tingkat kemanjaan si remaja ketika bersamanya meningkat drastis. Mungkin saja itu karena Hyunjin adalah anak pertama yang tidak memiliki seorang kakak untuk menjadi tempat berkeluh kesah.

Berada di rumah keluarga Lesmana, keduanya sedang duduk di pinggir kolam renang setelah merayakan hasil belajar kedua anak Lesmana yang dapat dikatakan sempurna. Felix tak lupa memasakkan makanan yang diminta tunangannya. Hyunjin asik memandangi taburan bintang di langit. Sedangkan Felix masih sibuk membalas pesan dari dosen di grup. Hyunjin membiarkan si manis yang sedang ada urusan pekerjaan itu. Sampai si manis ditelepon dengan durasi yang cukup lama. Felix melangkah masuk ke dalam rumah untuk mengecek laptopnya.

Sekitar sejam Felix dalam sambungan telepon dan jam sudah menunjukkan pukul 21.45. Rencananya Felix akan menginap di rumah keluarga Lesmana. Walaupun keesokan harinya dia tetap bekerja seperti biasa. Hyunjin siap mengantar jemput si manis karena luang waktunya. Felix kembali ke samping rumah dekat kolam renang tapi tak menemukan tunangannya. Jadi dia memilih kembali ke kamar yang disediakan untuknya. Di dalam kamar dia mengirim pesan bahwa dirinya akan segera tidur ke Hyunjin.

Satu Atap (Hyunlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang