"Keren-keren gini kita nongki di caffe tetep aja ya bocil ngikut" Zidan geleng-geleng kepala melihat Jendra dan Gavriel sedang asik bermain dengan Bagong alias landak imut yang diberikan oleh Zidan. Sebagai pengganti harimau yang katanya mirip. Menurut Zidan, filosofi nya adalah harimau merupakan hewan yang tajam taring nya, sedangkan landak kulit nya juga tajam seperti taring. Suka-suka Zidan saja lah. Yang penting Jendra tidak mengamuk lagi meminta harimau."Vi, kenapa gak lo sekalian bawa anak lo? Sekalian playdate" Tanya Zidan dengan wajah yang tengil menatap Ravi yang terlihat kelelahan setelah bekerja.
"Gue capek banget hari ini bolak-balik poli sama ugd. Jangan bikin gue bener-bener pengen nelen lo sekarang juga ya monyet"
Mendengeran kata monyet yang keluar dari mulut Ravi membuat si bocil berseru heboh.
"Ayah! Lihat itu Papa Lapi ngomong apa! Kan kata Bunda gak boleh ngoming kasal. Papa Lapi cepetan istigpal!!"
Naren melototi Ravi saat itu juga. Ravi mendadak salah tingkah. Segera Kaki nya menendang tulang kering Zidan di bawah meja.
"Anjing sakit bego" Zidan meringis ngilu. Sialan memang saudara Ravi ini. Habis sudah ia akan di ceramahi adiknya semalam suntuk nanti.
Jendra ini tipekal keponakan yang kadar nyebelin nya sudah setara dengan dirinya saat ia kecil dulu. Keponakan nya ini juga sudah ditakdirkan menjadi cepu sedari dini. Apapun akan ia ceritakan pada sang bunda dan terutama pada nenek nya.
"Ih Papa Idan too ga boleh ngomong kasal-kasal. Nanti di culik sama Kolong wewe. Cepet istigpal"
"Gak gitu sayang, kalau ngomong kasar ga boleh soalnya dosa. Nanti Allah marah. Ajen gak mau kan kalau Allah marah?" Tanya Naren pada Jendra yang dibalas gelengan heboh dari putra nya itu .
"Good. Bukan di bawa sama kalong wewe. Gak bener itu nak"
"Nehi Ayah kata Om Aji nanti di bawa kolong wewe nanti dijual telus masuk penjala" Naren menghela nafasnya kesal lalu menatap adiknya kemusuhan. Sedangkan sang adik hanya cengengesan salah tingkah. Dalam hati mempersiapkan diri untuk di omeli kakak nya itu ketika sudah di apartemen nanti.
Terlalu sering bergaul dengan Aji membuat ungkapan Nehi yang sering terlontar oleh nya di ikuti pula oleh keponakannya sekarang.
Selain Nehi apapun yang terlontar dari kedua paman nya baik Aji atau pun Zidan. Pasti Jendra akan menirunya.
"Ajen jangan keseringan main sama Om Aji. Nanti yang ada kamu makin kesini malah makin kesana"
Jendra menatap Zidan dengan wajah yang bingung "Papa Idan ngomong apa sih? Ga jelas"
Seketika para pria disana mentertawai Zidan yang di katai sendiri oleh keponakan nya. Naren pun sangat gemas langsung menciumi wajah putranya hingga kegelian. "Hihihi Ayah udah"
Naren menurunkan Jendra. Salah banget memang jika kumpul-kumpul dengan para sahabatnya membawa bocil yang sedang berada di masa keemasan pertumbuhannya.
"Udah. Mending Ajen main aja sama Bagong kasian itu bagong nya di cuekin" Naren mengusap kepala anaknya sayang.
Jendra mengangguk dan kembali asik dengan bagong yang sedang berlari-lari di kincir angin nya.
Sedangkan Gavriel nampak kelelahan. Ia sedang berada di pangkuan sang papa.
"Lo bawa beginian ke rumah sakit?" Zidan menunjuk kandang landak dengan dagu nya.
"Aji yang bawa, tadi gue minta tolong bawain, biar anteng. Ibu nya lagi seminar ke Depok, biar ga inget ibu nya terus" Ucap Naren sepelan mungkin supaya sang putra tidak mendengar ucapan nya barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance(?)
FanfictionMenceritakan Yasmine seorang janda satu anak yang bercerai dengan mantan suaminya yang notaben nya adalah sahabat kecilnya sendiri. Sudah tiga tahun berlalu, hingga kini alasan mengapa wanita itu menggugat cerai suami nya masih misterius. Meski beg...