Jendra mendengus menatap sang ayah yang sedari tadi tidak ingin jauh-jauh dari bunda nya. Sejak kepulangan nya dari play ground bersama kedua tante nya, Jendra dikejutkan dengan sikap sang ayah yang mendadak seperti teman sebaya nya. Selalu manja dengan bunda nya. Makan ingin di suapi, bahkan pria itu tidak malu memeluk istrinya terus menerus meski ada putranya sekalipun.Sambil merakit lego nya bocah lima tahun itu mengerucutkan bibir nya. "Ish Ajen sebel sama ayah"
Naren yang kebetulan duduk tidak jauh dari tempat putra nya bermain pun menoleh. "Kenapa sayang?"
Tidak ingin menjawab Jendra memilih membuang muka nya sambil memasang wajah yang merajuk.
Naren pun mengernyitkan dahi nya bingung. Tumben sekali putranya ini seperti sedang marah kepadanya. Tapi apa salahnya? Pria itu merasa tidak berbuat salah pada anak semata wayang nya itu.
"Ajen kenapa sayang? Kok gitu liat ayah nya?" Naren berusaha mendekati putranya. Namun putra nya malah menjauh, dan tidak lama setelahnya saat Jendra menjauhi ayah nya terdengar suara tangisan yang menggelegar dari bibir bocah lima tahun itu.
"HUUAAAAAAAAAAA AYAH NDAK SAYANG AJEN LAGIIIIIIII"
Yasmine yang tengah memasak pun langsung mematikan kompor nya, lalu menghampiri putra nya yang menangis.
"Kenapa Ajen kok nangis?" Yasmine memeluk putranya yang menangis kencang.
Melihat suaminya yang malah terdiam dengan wajah yang sarat akan keheranan membuat Yasmine mendengus kesal, mengira bahwa sang suami sedang menjahili putranya.
"Ayah kenapa sih usil terus? Ini anak nya nangis malah diem aja"
"Ayah diem terus dari tadi bun. Gak tau ini kenapa tiba-tiba nangis " Elak Naren menatap istrinya.
"Tapi ini kenapa anaknya tiba-tiba nangis?"
Perlahan pria itu menghampiri istri dan anaknya, lalu mengambil alih putranya ke pangkuan nya.
Sambil menimang bocah lima tahun itu, Naren mengelus punggung putranya "Ajen kenapa sayang? Ayah ada salah ya sama Ajen?" Tanya Naren pelan, anaknya itu sudah mulai reda tangisan nya walaupun masih sedikit sesegukan.
"A-hiks ayah hiks udah ndak sayang hiks Ajen"
Naren dan Yasmine saling bertatapan mendengar jawaban putranya.
Naren menunduk menatap putranya "Loh kata siapa sayang? Ayah sayang banget sama Ajen"
Jendra menggelengkan kepala nya "Ndak! Ayah ndak sayang sama Ajen lagi. Ayah cuek-cuekin Ajen. Ayah sayang nya sama bunda aja HUUUUAAAAAAAAAA"
Perlahan Naren terkekeh lalu kembali mengelus punggung putranya yang bergetar agar sedikit tenang. Tapi disisi lain Naren juga tertegun, merasa bersalah kepada putranya itu yang ia akui bahwa dua minggu ini Naren hanya fokus mendapatkan maaf dari istrinya.
"Ayah..hiks ayah.. hiks" Jendra mendongakkan kepalanya dengan wajah yang bersimbah air mata.
Melihat wajah putra nya yang memerah dan sangat terlihat betapa bocah itu sedang dilanda kesedihan membuat Naren benar-benar terenyuh.
"Apa sayang?" Tanya Naren pelan sambil mengusap pipi cabi putranya yang penuh dengan air mata.
"Ajen hiks mau bobo sama ayah, hiks boleh?" balas putranya dengan suara yang parau dan sesegukkan.
Naren mengangguk sambil tersenyum lembut sambil menghapus air mata putranya. "Boleh banget sayangku. Mau bobo sekarang?"
Jendra mengangguk lucu "Hu'um tapi ayah peluk Ajen"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance(?)
FanfictionMenceritakan Yasmine seorang janda satu anak yang bercerai dengan mantan suaminya yang notaben nya adalah sahabat kecilnya sendiri. Sudah tiga tahun berlalu, hingga kini alasan mengapa wanita itu menggugat cerai suami nya masih misterius. Meski beg...