11.

2K 214 59
                                    

"Ayah belum bisa cerita sepenuhnya sama kamu. Tapi kalau suatu saat kamu tau kebenaran nya. Ayah harap kamu jangan menyalahkan diri kamu sendiri akan sikap kamu ke Yasmine selama ini. Dan ayah harap mulai saat ini kamu bisa jujur sama diri kamu sendiri."

"Kalau kamu cinta sama dia, perbaiki hubungan kamu. Kalau enggak, ikhlasin. Biar dia bahagia sama yang lain." Lalu Pradana berdiri untuk menghampiri cucu nya yang sedang berlari-lari mengejar Danindra dengan tawa yang nyaring.

Namun Naren menahan nya "Yah.. terus terang, Naren gak mau kalau Yasmine harus ninggalin Naren. Naren gak bisa bohong kalau Naren sangat-sangat kehilangan istriku." Pradana pun menatap anaknya lurus. Putra nya itu terlihat putus asa dengan mata yang berkaca-kaca.

"Naren capek Yah, harus nahan-nahan perasaan Naren bahkan sama istriku sendiri."

Pradana kembali duduk di samping putranya yang terlihat menahan tangis.

"Naren capek Yah. Disaat Naren pengen sayang-sayangan sama Yasmine, tapi tiba-tiba di pikiran Naren selalu jelek sama Yasmine. Naren selalu mikir Yasmine bahagia diatas penderitaan orang lain. Kenapa Yasmine jahat sama Julia, kenapa Yasmine bisa acting seolah-seolah dia orang baik pada dia udah ngejerumusin orang. Itu yang selama lebih dari 10 tahun ada di pikiran Naren. Padahal dia istriku sendiri"

"Tapi harus Naren akui, kalau Naren jatuh sejatuh-jatuhnya sama Yasmine Yah. Naren nahan-nahan supaya gak cinta sama dia tapi tetep gak bisa"

"Kasih tau Naren Yah. Yang mana yang harus Naren percaya? Kemana Naren harus cari kebenaran nya?" Naren menunduk dalam-dalam. Hatinya merasa sesak yang luar biasa. Tiba-tiba terlintas dibenaknya saat  beberapa kali ia melihat Yasmine di antar oleh pria lain. Saat Yasmine tersenyum dengan pria lain membuat ia marah. Tapi ia sadar, ia tidak punya hak.

Pradana menatap putra ketiga nya penuh prihatin. Sambil menepuk pundak putra nya seraya berkata "Ayah mau menyampaikan sesuatu sama kamu. Tapi kamu jangan menyalahkan diri kamu setelah tau cerita ayah. Kamu boleh gak percaya sama ucapan ayah. Hak kamu untuk itu. Tapi yang pasti, yang akan ayah sampaikan ini bukan karangan ayah. Ini pure ayah lihat sendiri."

Naren mengangguk menatap ayahnya menuntut.

"Sebenarnya empat belas tahun lalu sebelum kamu persiapan pergi ke Rotterdam ayah tau kamu dekat sama cewek itu dari Bunda. Tapi ayah perhatikan yang selalu kamu prioritaskan adalah Yasmine, bahkan yang ayah tau dari Regan saat cewek itu di rawat dirumah sakit dan Yasmine yang sakit flu kamu justru lebih milih datangin Yasmine duluan. Baru kamu temuin cewek itu."

"Jadi ayah berasumsi bahwa kamu memang lebih memprioritaskan Yasmine. Bahkan dibanding dirimu sendiri kamu lebih mementingkan dia diatas segala-galanya."

Pradana menatap anaknya "Waktu kamu sibuk urus visa, dan asrama tempat kalian tinggal selama di Rotterdam. Pernah sutu hari ayah liat pagi-pagi sekali waktu itu ayah mau ketemu sama tante mu, cewek itu keluar dari kamar Regan."

Naren melebarkan matanya. Kaget. Namun sebisa mungkin ia tahan. Agar tidak mengundang banyak perhatian. 

Pradana mengangguk meyakinkan putranya "Dan setelah itu ayah sering lihat mereka berdua bareng terus. Tapi yang ayah perhatikan saat ada kamu, mreka berdua pasti jaga jarak, tapi setelah kamu gak ada, Regan gak segan-segan langsung mesra-mesraan sama cewek itu. Dan cewek itu gak keberatan nerima afeksi itu."

"Kalau kamu tanya sama ayah, kenapa ayah gak kasih tau tante mu kalau anaknya bawa anak perempuan lain di kamarnya. Jawabannya simple, tante mu akan lebih percaya sama anaknya sendiri melebihi apapun. Kamu tau sendirikan bagaimana ibunya Regan saat itu?"

Second Chance(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang