23.

1.7K 182 40
                                    


Setelah seharian berkeliling taman safari, tiba saat nya mereka pergi ke penginapan, yang lagi-lagi Naren ditunjuk oleh trio ubur-ubur untuk menjadi donatur tetap selama perjalanan ini hingga mereka sampai Bandung nanti.

Beruntung mereka tidak mengeluarkan uang sepersen pun. Meskipun untuk jajan, makan siang dan makan malam baik Bian, Ravi dan Gavin lebih tahu diri untuk membayar masing-masing.

Selama perjalanan ini ketiga personel trio ubur-ubur benar-benar menikmati perjalanan ini. Bagaimana tidak, mereka berlibur tidak perlu mengeluarkan biaya sepersen pun. Bahkan untuk sekedar membeli air mineral ketiganya masih tetap meminta pada Naren.

"Girang banget si Zidan. Gak perlu keluar duit. Si Naren bener-bener di kuras sama mereka" Ravi melirik Zidan yang sedang memilih oleh-oleh untuk mereka bawa ke Bandung nanti.

"Si Naren nya juga pasrah. Yang penting ga sampe ketelinga nya om dan tante sih" Balas Gavin sambil menimang Gavriel yang sedikit rewel akibat kelelahan berlari-lari dengan Jendra.

"REN BAYARIN LAGI YA!! MAKASIH ADEK IPAR"

Tawa Bian langsung pecah saat ia mendengar teriakan Zidan yang membahana saat memanggil Naren untuk dibayarkan oleh-oleh mereka.

"Banyak banget Dan. Lo mau dagang apa gimana sih?" Naren sedikit kaget melihat tumpukan boneka dan kaus yang dipilih oleh Zidan.

"Ck, gue mah baik. Ini buat Gia sama buat seserahan sekalian"

Naren mendengus "Mana ada seserahan pake boneka gajah sama monyet. Penghinaan itu namanya"

"Udah bayarin aja adik ipar sayang. Aku bilangin mama papa nih" Zidan tersenyum dengan sangat lembut pada Naren.

Saat Naren akan mengeluarkan dompet nya tiba-tiba ujung kaus nya ditarik oleh putranya. "Ayah, Ajen Capek"

Naren menunduk menatap anaknya lalu membawa Jendra kegendongan nya.

"Ajen mau boneka juga gak?" Tanya sang ayah yang sudah terlihat lesu.

Jendra menggeleng "Engga ada Elsa"

"Ji cepetan! biar sekalian dibayar"
Naren memanggil adiknya yang masih memilih boneka untuk pacarnya.

Mendengar ayahnya memanggil om kesayangan nya membuat Jendra ikut menatap bawaan yang Aji bawa.

"Ayah, Ajen mau kaya Om Aji"

"Boneka?"

Jendra mengangguk "Boneka monet sama baju nya juga yang kaya Om Aji"

Naren melangkah menuju tempat boneka yang diinginkan putranya. "Tadi ayah tawarin gak mau."

"Ajen kan mau sama-sama kaya Om Aji ayah."

Naren menghela nafas selain ngefans dengan Elsa, Jendra juga sangat ngefans dengan Om nya yang aneh itu. Apapun yang digunakan Aji, Jendra selalu ingin sama. Tidak jarang Aji berinisiatif membelikan baju couple dengan keponakannya.

Dengan pasrah Naren memberikan kartu debitnya pada kasir yang ternyata Naren harus mengeluarkan uang yang besar hanya untuk sebuah oleh-oleh. Sekitar 2 digit.

"Ayo naik bis lagi." Naren mengajak teman-teman nya untuk kembali ke bis.

"Ibu-ibu pada kemana sih?"

"Tadi gantian shalat. Langsung naik aja Vi. Gak akan ditinggalin kok" balas Zidan yang sedang membawa barang belanjaan. Terhitung ada 4 kantung besar ditangan kanan dan kirinya.

Ravi menatap Heran "Banyak amat sih. Lo mah ngerampok duitnya Naren"

Zidan tertawa geli menatap para sahabatnya yang terheran-heran. "Mumpung gratis cyin."

Second Chance(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang