13.

2K 189 74
                                    

Tanpa undangan, diriku kau lupakan....
Tanpa putusan, diriku kau tinggalkan....
Tanpa bicara, kau buatku kecewa...
Tanpa berdosa, kau buatku merana...

Naren menggelengkan kepala nya "Bangsat si Zidan dari tadi nyanyiin lagu itu terus"

"Sedih dia mau ditinggal Bian kawin besok" Balas Ravi sambil menggendong putranya yang tertidur.

"Aduh suara gue serek banget padahal gue mau nyanyi besok" Zidan datang langsung menyandarkan tubuhnya di bahu Naren.

"Lo kayaknya kaga ikhlas gitu liat si Bian mau nikah"

Zidan mengangguk lesu "Iya euy, satu-satunya yang lajang tinggal gue. Makin-makin ini mah si mama ngomel nya"

"Yaelah gampang tinggal ajak Gia nikah."

"Kalau Gia nya mau dari dulu udah gue kawinin, Sat"

"Lah lo kan sering kawinin dia terakhir aja di hotel yang ada di paskal" Sahut Naren .

Gavin tertawa renyah "Tau-tauan aja lo Ren"

Naren memasang wajah tengil nya "Ya gimana ya. Mata dan telinga gue di mana-mana bang"

"Maksud gue Nikah ya setan"

"Yaudah lah kita fokus aja sama nikahan Bian besok. Lo pada tidur disini semua kan?" Tanya Gavin kepada ke empat Pria dihadapan nya. Jangan tanya Aji dan Danindra mereka dimana. Yang jelas mereka sedang bermain sepeda dengan Jendra dan Gavriel.

"Iye gue tidur sekamar sama si Duda. Ini bocah makin berani aja sama adik gue. Kemarin gue mergokin mereka lagi pelukan di dapur."

"Keliatan banget Yasmine nya juga masih cinta banget sama si Naren. Tapi gue denger dari bini gue sih si Yasmine trauma nikah. Dia bilang mau sama Ajen aja. Gak mau nikah lagi" Balas Ravi yang membuat wajah Naren terlihat nelangsa.

Zidan tertawa dengan keras "HAHAHA mampus kau wahai mantan adik ipar"

Memang. Belum ada ucapan cinta yang keluar langsung dari mulut Naren sendiri. Sebab ia tau bahwa Yasmine pasti tidak akan percaya dengan mudahnya.

Bian tertawa meledek Naren "Ini mah kalah sebelum perang namanya"

"Gue bakal kayang di lobi apartemen 1 jam dan koloran doang kalau sampe Yasmine nerima lamaran si Naren lagi."

Mendengar ucapan Zidan barusan membuat jiwa kompetitif Naren secara alami keluar begitu saja.

"Saksi ya lo bertiga. Kalau Yasmine jadi bini gue lagi. Lo harus tagih si Zidan Kayang cuma koloran doang"

Ucapan Naren dengan nada yang tegas barusan membuat Gavin, Ravi dan Zidan terkejut bukan main. Mereka seperti kembali melihat Naren empat belas tahun silam. Dimana Naren menjadi manusia normal pada umum nya. Suka bercanda, berjiwa kompetitif dan memperlihatkan bagaimana dunia Naren hanya berpusat pada Yasmine. Tidak seperti bertahun-tahun belakangan yang apatis, cuek dan dingin.

Sedangkan Bian yang sudah mengetahui itu lebih dulu hanya tersenyum dan terkekeh melihat ketiga sahabatnya terkejut bukan main dengan perubah Naren yang terbilang tiba-tiba.

"Ren lo serius mau rujuk sama adek gue?" Tanya Zidan pelan dan menatap Naren yang tepat berada disamping nya.

Sebelum menjawab pertanyaan Zidan, Naren menghela nafasnya pelan. Tiba-tiba gugup menguasai nya. Ia sempat melupakan fakta bahwa pria di samping nya ini adalah kakak kandung dari wanita yang ia cintai.

"Serius Dan"

Zidan memperhatikan mimik wajah Naren "Lo.. Ekhm e.. Lo gak akan nyakitin adek gue lagi kan Ren? Gu-gue sih restuin aja. Tapi gue gak mau liat Yasmine nangis-nangis hebat lagi kaya pas malam sebelum putusan kalian cerai"

Second Chance(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang