42.

1.2K 143 29
                                    

Sejak istrinya pulang larut tempo hari, ia pikir hal itu tidak akan terulang lagi. Tapi setelah ia perhatikan sudah beberapa hari ini istrinya pulang selalu diatas jam 9.

Sebenarnya pria itu sangat penasaran, apa yang di lakukan istrinya di kampus, bersama siapa istrinya di kampus, kenapa pulangnya selalu selarut ini, tapi rasa gengsi nya yang melambung tinggi membuat Naren harus mati-matian menahan rasa penasaran yang menggunung.

Ingin meminta bantuan Bian seperti kemarin, tapi ia malas menjelaskan nya pada pria itu karna Bian sendiri tidak tahu duduk permasalahan ini. Lebih tepatnya Naren memilih tidak mengikut sertakan Bian dan yang lain-lain untuk ikut campur. Cukup Ravi dan Karenina yang sudah ia repotkan. Pria itu tidak ingin banyak merepotkan orang.

Ponsel nya tiba-tiba berbunyi sebuah notifikasi pesan dari ibu nya.

Bang, besok luangin waktu kamu sebentar. Bunda mau bicara sama abang di ruangan bunda.

Dahi Naren berkerut, sebenarnya apa yang telah terjadi sehingga sang bunda memanggilnya ke ruangan nya besok. Biasanya kalau ada sesuatu hal yang terjadi pasti Yuna akan memanggilnya ke rumah beliau. Alih-alih rumah sakit, Yuna biasanya lebih nyaman berbicara di rumah. Tapi ini tumben sekali.

Tapi sekali lagi Naren hanya mengedikkan bahu nya seraya membalas chat Yuna untuk pertemuan mereka besok.

Malam ini Naren tidak pulang, karna memang jadwal nya untuk jaga malam. Seharian ini pria itu selalu menunggu kabar terbaru istrinya. Tentu nya kabar yang diberikan oleh Karenina, melalui Ravi sahabatnya selama istrinya berada di kampus.

Kebetulan besok pria itu akan bertemu dengan Bunda nya, jadi sekalian saja Naren akan melaporkan perlakuan buruk yang katanya sahabat baik Yuna kepada istrinya. Bodo amat kalau nanti istrinya balik marah padanya. Lagian suami mana yang diam saja jika istrinya di perlakukan tidak baik oleh orang lain.

Naren menghela napas nya pelan, beginilah memiliki istri yang sangat baik hati, selalu mengdepankan kebahagiaan orang lain dibandingkan dengan dirinya sendiri. Pria itu terkadang gregetan bukan main, di situasi darurat pun kadang istrinya masih sempat-sempat nya memikirkan kepentingan orang lain padahal istrinya sering kali kesusahan. Tapi kebaikan istrinya ini bisa menjadi pemicu pertengkaran mereka berdua juga, seperti yang sedang mereka alami saat ini.

Tidak lama ponsel nya kembali bunyi sebuah notifikasi chat dari sahabatnya, Bian.

Cuk bini lo baru balik, muka nya pucet banget. Gue sama Vania gak tega liat nya tapi doi udah istirahat kok. Apapun masalahnya, Gue saranin kalau mau pundung jangan kelamaan. Kasian bini lo. Jangan sampe lo kehilangan Yasmine lagi.

Setelah membaca pesan itu Naren menjadi panik. Perasaan nya mendadak tidak karuan karna mengkhawatirkan perubahan istrinya yang belakangan ini selalu pulang larut malam dan  dengan wajah nya yang selalu terlihat pucat.

"Kenapa cuk?" Naren menoleh pada rekan dokter nya yang kebetulan bertugas jaga malam juga seperti dirinya.

"Gapapa. Lagi biasa lagi banyak pikiran."

"Ribut sama bini ya?" Tanya dokter itu semakin kepo.

Naren mengangguk sambil terkekeh "Apal banget sih. Pasti suami idaman banget ya lo! Haaaaa tapi biasa lah ya. Namanya juga suami istri pasti ribut-ribut dikit"

Pria bernama Yanuar itu berseru heboh ditengah heningnya UGD rumah sakit tempat mereka berjaga "Sama bro, gue seminggu baikan nya cuma 2 hari. Sisa nya kita ribut mulu!"

Naren terkekeh "itu mah lo nya aja yang problematik, bodoh. Udah tau punya bini OCD tapi kelakuan jorok lo gak sembuh-sembuh. Ya pasti ribut terus lah"

Second Chance(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang