18.

2K 185 58
                                    

Setelah kejadian dimana Yasmine melihat  Naren Colaps hal itu membuat Yasmine semakin protektif. Bahkan Yasmine rela mengambil cuti mengajar hanya untuk mengantarkan mantan suaminya itu untuk konsultasi ke Psikiater yang ada di Jakarta. Yasmine juga tidak akan membiarkan Naren sendirian seperti meminta Aji atau Danindra menemani Naren mengingat jam kerja mereka berdua yang fleksibel tidak seperti dokter yang jam kerjanya tidak pasti. Dari Aji atau Danindra, Yasmine akan terus memantau kondisi Naren. 

Sejak saat itu pula Naren tidur di apartemen Yasmine, yang sebenarnya apartemen itu adalah tempat mereka tinggali saat masih menjadi suami istri dulu. Tepatnya di kamar Jendra. Untuk saat ini Naren tidak diperkenan kan bekerja dulu, Yasmine mengancam jika pria itu terus memaksanya bekerja, ia akan menolak lamaran Naren.

"Ayah..." Panggil putranya yang sedang bermain lego.

Naren yang juga sedang memasang lego menoleh menatap anaknya "Kenapa sayang?"

Jendra mendekati telinga ayah nya  lalu berbisik "Ajen mau mamam es kim. Tapi bunda gabolehin"

Naren melihat putranya memohon "Kan udah mamam es krim kemarin sayang. Nanti sakit tenggorokan nya loh. Terus Ajen batul-batuk."

"Batuk-batuk kaya Papa Idan kemalin ya Ayah?" Naren tersenyum lalu mengangguk.

"Tapi ayah kata Om Indla, Papa Idan batuk-batuk soalna udah tua bangka bukan gala-gala mama es kim. Jadi boleh ya ayah, Ajen mamam es kim?"

Naren menghela nafasnya lelah. Anak nya ini benar-benar sudah terkontaminasi paman-paman nya "Kata bunda apa tadi sore?"

Jendra mencebik "Jangan banyak-banyak mam es kim"

"Itu Ajen paham. Besok lagi ya sayang. Ayah beliin rasa baru deh. Mau?"

Meskipun bibir nya melengkung kebawah Jendra tetap mengangguk menyetujui ide ayahnya "Tapi Es Kim nya yang ada elsa nya Ayah.."

"Nanti kita cari yang warna nya mirip elsa"

"Ajen panggilin Ayah dikamar sayang. Bilangin kata bunda makan dulu" Seru Yasmine dari dapur.

"Ayah ada disini bunda. Bunda ga liat ayah sebesal ini?? Ish ish ish" Naren tertawa menatap putranya yang mengomel. Lalu ia gendong putranya menuju meja makan.

Yasmine melihat Naren yang mendekati meja makan langsung tersenyum "Ayah makan dulu biar habis ini minum obat." Naren pun menuruti ucapan Yasmine.

"Ajen gak di tawal-tawal makan bunda? Kok ayah doang?" Naren tertawa sambil mengusap kepala putranya gemas.

Yasmine pun terkekeh terlalu fokus dengan Naren sampai ia lupa dengan putranya sendiri. "Ayo sayang nya bunda makan. Sama bunda suapin? Atau mau sendiri aja?"

"Suapin" 

Lalu setelahnya mereka bertiga makan malam dengan khidmat. Sampai akhirnya mereka bertiga tidur di ruang keluarga bersama.

"Udah better? Kondisi Aa gimana sekarang?" Yasmine bertanya pada Naren yang memeluknya.

"Alhamdulillah udah enakan. Makasih ya sayang. Aa jadi ngerepotin kamu" Naren mengusap pipi Yasmine seraya ia cubit juga.

Saat ini mereka memutuskan untuk tidur didepan tv dengan menggunakan kasur lantai.  Supaya bisa tidur bertiga. Karena Yasmine masih melarang Naren untuk memasuki kamar lama mereka.

Posisinya Yasmine ditengah, sebab beberapa kali Yasmine mendapati Naren tidurnya selalu gelisah. Jadi ia bisa memastikan dan menghitung seberapa sering serangan paniknya datang. Karena depresi nya Naren ini tergolong berat.

Naren bukan tipe yang suka menyakiti diri nya sendiri. Tapi serangan panik nya yang selalu kambuh di waktu-waktu tidak tentu. Terkadang sampai membuatnya tidak sadar kalau ia meracau hingga tidak sengaja menyakiti fisiknya sendiri.

Second Chance(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang