48.

1.8K 141 19
                                    


Seperti janji nya minggu lalu, Bian dan Vania istrinya benar-benar pindah ke rumah baru mereka tepat di sebelah rumah sahabat sehidup sematinya-Naren.

Sejak pagi Yasmine sudah di sibukkan memasak sarapan untuk banyak orang. Ibu dosen yang satu ini memang sangat hobi memasak besar. Dan rasanya pun tidak pernah mengecewakan, selalu berhasil memanjakan lidah para penikmat masakan nya.

Hanya saja sejak di nyata kan hamil, Naren benar-benar protektif pada istrinya ini. Seperti sekarang Naren bahkan rela mengupas bawang merah, bawang putih, dan bawang bombai demi meringankan pekerjaan istrinya. Padahal istrinya bilang para ibu nanti akan membantu nya.

Di group chat tadi Zizi mengatakan sedang memandikan putra nya dulu, dan Karenina  sudah on the way ke rumah mereka untuk membantu masak-masak dalam rangka pindah rumah baru Bian dan Vania.

Kalau Gia meminta maaf berangkat terlambat karna suami nya sulit sekali di bangunkan. Jadi sampai detik ini Gia bilang dirinya masih berusaha membangun kan suaminya yang habis begadang bermain Play Station hingga subuh.

"Tuh kata aku juga apa, perih kan matanya? Aa mending ke depan siapa tau Bang Bian butuh bantuan angkat-angkat barang. Aku bisa sendiri kok, bentar lagi juga pada datang ibu-ibu nya."

Naren yang sudah menggunakan kaca mata hitam untuk menetralisir rasa perih di mata nya pun menggelengkan kepalanya. "Truk nya aja belum datang, yang. Lagian Bian masih di apartemen kali. Ini kan masih jam 6." Naren membuka kaca mata nya sambil melap air mata nya yang sedari tadi keluar akibat perih di matanya. "Nih sayang, udah beres"

Yasmine yang habis mencuci piring pun segera menghampiri suaminya yang rela mengupas bawang merah, bawang putih, dan bawang bombai masing-masing sebanyak 2 kilogram dan di total sudah mengupas 6 kilogram sendirian sejak solat subuh tadi.

"Hihihi makasih banyak ya sayang?" Yasmine mengusap rambut suaminya yang belum sisiran karna terlalu sibuk dengan bawang di hadapan nya.

Naren pun melepas sarung tangan nya lalu memeluk perut istrinya perlahan lalu tidak lupa menciumi perut Yasmine yang sudah terlihat baby bump nya. "Assalamualaikum anak ayah lagi apa disana? sehat-sehat di perut bunda ya sayang" ucap Naren sembari mengelus perut istrinya.

Naren pun kembali memeluk perut istrinya itu, tiba-tiba pikiran nya kembali ke masa-masa kehamilan Yasmine saat mengandung Jendra enam tahun silam. Dulu ia sangat membenci fakta kalau semuda itu dirinya akan mempunyai anak. Bahkan dipikiran nya dulu kalau anak nya itu yang akan menjadi penghalang pendidikan Naren saat pria itu berniat melakukan studi spesialisnya di luar negeri.

Tapi perlahan-lahan saat kandungan Yasmine membesar, rasa sayang pada janin di perut istrinya itu kian membesar juga. Bahkan setiap istrinya tertidur pulas ia akan menyentuh atau bahkan menciumi perut sang istri. Tentu saja Yasmine tidak mengetahuinya.

Naren sangat ingat dirinya pernah mengusap perut Yasmine pelan-pelan tapi langsung dibalas tendangan juga oleh bayi nya. Yang aneh nya Yasmine benar-benar tidak terbangun dengan tendangan itu. Tapi malah  membuat Naren terharu bukan main. Mungkin Anaknya sedang mengajak nya bermain. Seketika rasa hangat melingkupi hatinya.

Tanpa terasa air mata Naren kembali jatuh tanpa bisa di tahan dan sesekali terisak yang membuat Yasmine tampak keheranan dengan sikap suami nya yang belakang ini mudah sekali menangis. "Loh loh kok Aa nangis? Perih banget ya sayang matanya?"

Naren yang masih memeluk istrinya pun menggelengkan kepalanya.

"Terus kenapa? Aa kenapa?"

Naren pun melepaskan pelukan nya dan menarik istrinya ke pangkuan nya. "Aa dulu gak manfaatin kesempatan dengan baik waktu kamu hamil Jendra." Naren mengusap punggung istrinya. "Momen bahagia kaya gini, masih aja ego yang Aa pentingin. Kalau liat anak kita kadang pengen nangis terus, yang. Apalagi kemarin sore waktu Aa ikut main bola di lapangan komplek dan kebetulan tim Aa menang. Anak kita ngebanggain  Aa disana, sesimple cuma Aa ngegolin aja. Anak kita berkali-kali teriak 'Ayah Ajen hebat! Ayah Ajen hebat!' Terus begitu dan pas mau bobo semalem juga bilang 'Ayah Supel heloooo. Ajen sayanh ayah banyak-banyak' Aduh kan jadi nangis lagi" Naren terkekeh karna air matanya yang tidak mau berhenti jatuh mengenai pipi nya. 

Second Chance(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang