46.

1.6K 143 16
                                    


Pagi ini adalah pagi yang sibuk untuk keluarga Naren, semua keluarga nya datang ke rumah baru keluarga kecilnya. Setelah sekian lama akhirnya mereka akan menempati rumah besar itu.

Rumah Naren juga satu-satu nya rumah yang menjadi rumah paling besar di area itu, sebab menggabungkan dua rumah menjadi satu, satu rumah yang dibeli sendiri oleh Naren saat masih kuliah. Dan satu rumah hadiah yang diberikan Bima untuk Yasmine dan Naren.

Setelah perombakan dua rumah menjadi satu, sebenarnya pembangunan dimulai saat setelah Yasmine menerima lamaran Naren sembilan bulan silam, dan akhirnya sekarang sudah bisa mereka tempati.

Sebenarnya dua minggu lalu Naren dan Yasmine sudah memindahkan semua barang-barang mereka dari apartemen lama mereka. Tapi baru hari ini mereka resmi akan menempati rumah baru nya.

"Sayang! Bisa gak duduk manis aja? Ini Aa yang angkat nanti." Naren berseru heboh saat melihat istrinya mengangkat dus yang berisikan 24 botol air minum berukuran 600ml.

Bibir Yasmine mengerucut sebal pada suaminya saat mengambil dus itu dengan paksa. "Yang lain bantu-bantu masa aku diem aja? Kan kita yang punya acaranya! Gak sopan Aa"

Naren menghela napasnya pasrah. "Yaudah mau angkat-angkat boleh. Tapi jangan yang berat-berat. Muka kamu udah pucet loh. Nurut oke?"

Dengan terpaksa Yasmine mengangguk dan berlalu meninggalkan suaminya yang seperti nya belum selesai berbicara dengan sang istri.

"Kenapa Ren adek gue?"

Naren menoleh menatap Adimas kakak ipar nya yang tinggal di Kalimantan. "Dilarang ngangkat-ngangkat sama gue bang. Eh malah ngambek"

Adimas terkekeh sambil menepuk punggung adik ipar nya. "Sabar bro, dia dari dulu emang gitu. Gak bisa diem banget."

"Iya bang, gue khawatir banget bang soalnya. Mana muka nya udah pucat banget"

"Iya gue paham, istri tuh emang gitu. Bikin kita suami jadi serba salah. By the way, acaranya kapan dimulai Ren?"

"Acara pengajian disini nya sih habis ashar bang. Tapi habis pengajian jangan balik dulu ya bang? Kita makan malam bareng. Udah lama kan ga rame-ramean gini. Mumpung lo bisa balik juga kan?"

Adimas mengangguk setuju. "Gue sih kalau kemaleman mau nginep sini aja. Boleh gak?"

"Yaelah bang kaya kesiapa aja, tinggal pilih kamar yang mana. Bebas gue mah"

"Yaudah gue kedalem dulu ya, Mau nemuin bini dulu. Kangen gue dari pagi gak liat dia"

Naren terkekeh "Teh Salma gak akan kemana-mana bang. Gue jamin!"

"Gue juga jamin. Lo pasti sering ngalamin kayak gue kan?"

Naren mengangguk pasti sambil terkekeh geli "Oh jelas. Bini gue ngangenin soalnya bang"

Lalu setelah kakak ipar nya berlalu Naren berjalan menuju ruang tamu yang sudah di sulap menjadi area pengajian dimana seluruh lantai sudah di lapisi oleh karpet-karpet lembut berbahan sutra. Sofa-sofa semua nya di angkut ke keluar untuk sementara.

"Nah ini dia nih tuan rumah nya." Seru Zidan saat Naren menghampiri mereka yang duduk di karpet.

"Gue udah pindah nih. Katanya lo bertiga nunggu gue. Giliran gue pindah lo pada belum pindah juga. Gimana sih?" Tanya Naren pada ketiga sahabat nya yang sudah memakai koko dan sarung.

"Gue minggu depan Ren. Nunggu kandungan bini gue kuat dulu. Tapi kita udah mulai packing-packing."

"Pake jasa pindahan yang di pake Naren aja Bi"

Second Chance(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang