20.

2K 175 69
                                    

Sejak tragedi sang ayah yang ketahuan memakan bibir bunda nya membuat Jendra selalu menatap ayahnya kemusuhan.

Yasmine selalu di larang untuk dekat-dekat dengan Naren. Sudah dua malam juga Jendra meminta untuk tidur ditengah-tengah kedua orang tuanya.

Meski begitu, setelah Jendra tertidur Naren akan memindahkan Jendra di pinggir dan meminta Yasmine tidur di samping nya.

Biasanya mereka berdua terbangun sebelum putra nya bangun namun subuh ini entah bagaimana Jendra yang terbangun duluan, ia melihat ayah dan bundanya tertidur sedang berpelukan dengan mesra.

"Kok Ajen di pinggil lagi?" Tanya nya pelan melihat lengan ayahnya yang posesif memeluk bunda nya.

Jendra bangun dari duduknya lalu berjelan sedikit sempoyongan untuk mendekati ayah dan bunda nya.

"Bunda.. banun..." Jendra memanggil bunda nya. Namun sayang bunda nya tidak bergerak sama sekali.

"Ish bunda ni.. gala-gala ada ayah ajen dilupain" Dumel nya melihat sang bunda yang berada di pelukan ayahnya.

"Bunda!!" Jendra berseru keras yang berhasil membuat kedua orang tua nya terbangun.

Yasmine terbangun terlebih dahulu, kemudian di susul oleh Naren "Ajen bangun? tumben nak" Yasmine melepaskan pelukan nya pada Naren sambil menyipitkan pandangan nya karena cahaya.

Bibir Jendra mengerucut "Pantat Ajen gatel bunda" Sambil menggaruk pantatnya.

Yasmine langsung mengecek pampers putranya yang ternyata sudah penuh.

"Sekalian mandi yah? Terus ikut sholat sama ayah di masjid. Mau?"

Jendra menatap ayahnya yang membuat Naren tersenyum geli sebab putranya itu masih merajuk. Benar-benar menggemaskan. 

"Kemarin ayah habis beli celana dalam sama kaos kaki baru gambar olaf kan?" Tanya Yasmine sengaja untuk menggoda putranya.

Naren mengangguk "Iya gambar olaf warna biru. Ayah beli 10 kemarin. Tapi mau ayah kasiin aja sama Om Aji"

Jendra menatap Ayah nya sambil melotot "JANGAN! Buat Ajen aja ayah. Kata Om Indla, Om Aji mah bau. Ajen kan gak bau" Bibir Jendra mengerucut lucu.

Naren terkekeh melihat wajah anaknya yang sangat terlihat ingin tapi gengsi. Kalau seperti ini benar-benar copyan Narendra sekali yang memiliki gengsi setinggi langit.

"Ah tapi Ajen kan lagi marah sama ayah."

Jendra mendekati ayah nya sambil menggeleng-geleng heboh "Ajen ga malah ayah. Ajen sayang ayah banyak-banyak" Jendra langsung memeluk ayahnya sambil terkekeh geli.

Naren membalas pelukan putranya itu "Bener nih? Gak marah lagi sama ayah?" Naren semakin gencar menggoda putranya.

"Ciyus ayah. Ajen ga pelnah malah. Ya kan bunda?" Jendra menatap bunda nya yang sedari tadi tertawa geli melihat interaksi ayah dan anak itu.

Naren mencium putra nya gemas hingga membuat putranya kegelian. "Mana cancut sama kos kaki na ayah?"

Naren pun berjalan menuju kamar putranya sambil menggendong Jendra di tangan nya.

"IHH ADA TENDA JUGA!!!" Jendra berseru heboh menatap tenda bergambar frozen.

"Ayah tuluuunnn"  Naren masih menahan putranya yang sudah bersiap akrobat apabila sang ayah tidak menurunkan dirinya.

"Tunggu dulu. Janji dulu sama ayah"

"Apa?"

"Ajen jangan marah lagi sama ayah" Jendra mengangguk lucu.

Second Chance(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang