36.

1.3K 134 15
                                    

🌸🌸🌸🌸🌸

Melihat Naren yang terlihat lemas dikursi praktek nya membuat Ravi mengernyitkan dahinya heran. Kenapa pula pria itu terlihat tidak bernyawa, seperti hidup segan mati tak mau. Disamping nya terlihat Bian yang sedang asik bermain ponsel.

"Lagi pada free nih?"

Naren menoleh dan mengangguk tanpa berniat membalas pertanyaan Ravi.

Ravi mengernyitkan dahi nya tumben sekali Naren terlihat loyo seperti itu "Eh mantan duda kenapa nih? Lemes amat"

"Biasalah.. Di cuekin sama ayang" balas Bian yang sibuk push rank.

"Belum baikan juga? Kan Bini gue udah jelasin semua nya Ren"

"Ada masalah lagi bestie" Lagi-lagi Bian yang menjadi juru bicara Naren. Sedangkan pria bernama Narendra itu sibuk berpikir dan diotaknya tengah menyusun strategi untuk mendapatkan maaf istrinya.

"Hah apaan?"

"Yasmine nemuin album foto Naren pas lagi bucin-bucin nya sama Julia. Jadi Yasmine nganggap nya Naren masih belum move on dari Julia"

"Halah tolol. Salah sendiri gak dibuang. Gue juga kalau jadi bini nya si Naren bakal ngambek 7 hari 7 malam"

"Nah tepat sekali bestie sudah 7 hari ini Naren bobo sendiri sama guling elsa."

Ravi melotot, merasa terkejut bukan main. Padahal tadi ia hanya berbicara asal saja "Loh beneran? Gue padahal cuma asbun loh"

Ravi mencolek lengan Naren "Ren ngomong napa. Gue kan nanya sama lo" kemudian Ravi menepuk pundak Naren yang benar-benar enggan mengeluarkan suaranya sejak tadi.

Naren melirik Ravi dengan mata nya "Udah dijawab sama Bian kan"

Tiba-tiba Ravi bertepuk tangan dengan sarkas nya sambil menatap sebal sahabatnya yang saat ini terdampar diruang praktek nya bersama dengan Bian yang terlihat anteng dengan game nya "Ren sumpah gue kaya gak kenalin lo banget. Sebelumnya lo gak pernah sampe galau-galau gini. Mana sambil dengerin lagu d'masiv pula. Effect rujuk sedahsyat ini yak"

"Sesuai judul dong bestie. Lagu kebangsaan Naren kalau lagi galauin bini nya 'Rindu setengah mati' sama tambahin dong satu lagu Titi Kamal"

"Hah lagu apa?"

"Jablay. Naren kan butuh di belai"

Naren berdecak sebal meskipun saat ini tidak ada Zidan tapi akan selalu ada yang menempati posisi orang yang ingin ia sleding seperti Ravi dan Bian yang selalu puas meroasting nya "Berisik sarbian!!" Naren melemparkan pulpen di meja nya kearah tubuh Bian namun sayang lemparan nya meleset jauh.

Bian menyimpan ponsel nya kemudian menatap Naren dan Ravi secara bergantian "Balik lah yuk. Bini-bini kita masih pada ngumpul tuh di unit si Ravi. Lagi pula Yasmine gak bawa mobil Ren. Sekalian jemput juga kan, terus ajak ngomong empat mata."

"Yaudah hayu lah Ren. Bener kata si Bian, kesempatan loh ini. Lo kepala keluarga sesekali inisiatif lah."

Naren menatap Ravi dengan tatapan sedih "Ck. Emang kurang inisiatif gimana sih Vi? Gue tiap hari berusaha ajak dia ngomong tapi dia nya lengos terus."

Second Chance(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang