45.

1.7K 144 28
                                    


Pagi-pagi Naren sudah mencari keberadaan istrinya yang entah kemana. Selepas subuh tadi Naren langsung kembali tertidur karna pria itu tidak kuat menahan kantuknya setelah semalam bermain bersama sang istri dengan hebatnya.

Pria itu turun menuju lantai satu di rumah mertua nya. Sudah tiga hari keluarga kecil mereka tidur di kediaman mertuanya, yang sebenarnya hal itu atas permintaan mertua laki-laki nya  yang masih khawatir dengan kondisi putrinya.

Apalagi berita dirinya dan sang istri yang melaporkan kasus kekerasan Dekan di fakultas istrinya mengajar mendadak ramai dan menjadi bahan perbincangan terutama di setiap institusi pendidikan. Karna hal itu  Yasmine sangat dicari oleh media, yang membuat hidup Yasmine dan suami nya menjadi tidak tenang.

Maka dengan terpaksa Naren menyetujui permintaan mertua nya untuk tinggal di kediaman nya setidaknya selama seminggu. Atau bisa lebih tergantung dengan kondisi yang sudah kondusif atau belum.

Naren berjalan menuju dapur dan benar dugaan nya sang istri pasti sedang memasak sarapan.

Perlahan Naren melingkarkan lengan kekarnya pada pinggang sang istri "Sayang ku, selamat pagi" lalu pria itu mencium pipi istrinya yang belakang ini menjadi berisi.

Yasmine terkekeh mendengar sapaan suami nya. "Hahaha tumben banget sih ngucapin selamat pagi"

"Kamu inget gak? Dulu jaman kuliah, kamu selalu ngucapin selamat lagi kan buat Aa? Gantian ah Aa juga mau."

"Ih apaan sih Aa? Geli jangan cium-cium leher aku" Yasmine menggeliat merasakan geli saat suaminya yang tidak henti-hentinya menciumi lehernya.

"Abis kamu wangi. Pengen Aa cium terus jadinya. Pipi kamu juga sekarang makin chubby. Aa pengen uyel-uyel terus tapi nanti anak kita nya marah sama Aa karna muka bunda nya di cubit-cubit"

"Tapi dia juga suka marah sama aku karna Aa sering peluk-peluk aku. Sebelum kita nginep disini aja Ajen kesel sama aku soalnya Aa senderan nya ke aku kenapa ga senderan nya ke dia"

Mendengar cerita istrinya tentang Jendra yang super menggemaskan membuat Naren tertawa geli. "Gimana caranya Aa senderan ke dia, badan dia aja gedean juga Aa kan? Suka aneh-aneh ih dia mah"

Yasmine pun tertular dengan tawa suami nya yang lepas "Tapi sayang kan? Dia anak Aa loh"

Naren mengangguk di pundak istrinya sambil mencuri kecupan di pipi Yasmine lagi "Aa Sayang banget sama dia. Dia kan keturunan Aa, amanah juga buat Aa. Walaupun Aa sempet denial dengan kehamilan kamu dulu. Tapi setelah dia lahir apalagi saat Aa adzanin dia, rasa sayang Aa tumbuh menjadi sangat besar buat dia. Dan sayang liat sendiri kan? Jendra itu gak bisa di ragukan kalau dia anak Aa. Orang muka nya aja plek ketiplek banget sama Aa."

Yasmine tersenyum sambil wanita itu sibuk mencuci piring bekas memasaknya. "Tapi sayang nya sifat Jendra mirip banget sama aku waktu kecil. Gak bisa diem banget dia."

"Gak papa sayang ku, jadinya kan adil. Aa gak keberatan tuh"

Yasmine tersenyum "Tapi waktu aku muda apalagi jaman kuliah, kalau di inget-inget aku bar-bar banget deh pantes banyak orang yang ilfeel. Makanya anak kita  sekarang kelakuan nya gak jauh beda sama aku."

"Gak masalah bunda, Ayah nerima kamu apa adanya kok."

"Masa?"

"Serius sayangku"

"Ih dulu siapa yang ilfeel sama aku? Katanya suka nya sama cewek anggun, bukan sama cewek barbar kaya aku?"

Mendengar sindiran dari istri tercinta membuat pelukan Naren semakin mengencang pada pinggang Yasmine. "Ih sayang jangan bahas itu. Aa malu sama kamu, Aa udah jahat banget dulu"

Second Chance(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang