31.Hukuman

38 5 0
                                    

H
A
P
P
Y
R
E
A
D
I
N
G
🐻

Sekarang Athaya lagi merenungi kejadian tadi di area mading, sekarang posisi ia lagi ada rooftop sekolah.

Banyak pertanyaan yang lagi memenuhi otak Athaya saat ini, siapa dalang dari semua kejadian ini,tega banget, apa bella..?

Saat Athaya sibuk berfikir siapa orang di balik semua ini, tiba- tiba ada seseorang yang berdiri di sampingnya.

"Kamu Athaya....?" Tanya orang itu.

"Hmm" Athaya hanya menjawab dengan deheman.

"Kamu lagi sedih dan bingung kan" Ucap seseorang itu.

"Hmm" Athaya masih menjawab dengan deheman.

"Apa yang di mading, dan juga yang ada di forum sekolah itu bener...?" Orang itu bertanya kembali.

"Gua gak tahu, tapi dari wajah di foto itu emang gua" Jelas Athaya.

"Kamu punya musuh...?" Orang itu masih bertanya.

"G ad" Singkat Athaya.

"Jangan banyak tanya deh lo,otak gua lagi mumet" Sewot Athaya.

"Ehhe sorry ya Ay, aku boleh berteman dengan kamu...?karna kata abi semakin banyak kita mengenal orang kita semakin tahu karakter orang masing-masing seperti apa"ucap seseorang itu sambil mengulurkan tangannya.

"Lo yakin mau berteman sama gua di saat keadaan nya seperti ini,lo gak takut di cap jelek nantinya kayak gua" Tanya Athaya dengan nada sinis.

"Justru karna kamu lagi di bawah aku mau berteman dengan kamu,karna kebanyakan orang ingin berteman di saat kita lagi ada di atas, di saat kita lagi ada di bawah semuanya pergi ninggalin kita" Ucap seseorang itu dengan senyuman yang manis.

"Lo ada benernya juga sih, terus kenapa lo mau berteman sama gua, kenapa gk cari teman yang lain, gua takutnya lo di cap buruk nantinya, justru itu malah bikin tambah beban di gua" Ujar Athaya berkomentar.

"Gak papa kok, kata abi emang di dunia ini tuh gak ada yang sempurna, karna kesempurnaan hanya milik sang Pencipta,jadi mau dalam keadaan apapun kita harus pandai-pandai bersyukur" Ujar seseorang itu menceramahi.

"Iya-iya" Pasrah Athaya menjawab.

"Eh tapi, gua belum tahu nama lo, sebelum kita berteman kita harus saling mengenal dulu, jadi? Siapa nama lo...?" Tanya Athaya.

"Nama ku (Violetta syakila az-Zahra)" Ucap syakila.

Ya seseorang yang sedari tadi di rooftop bersama Athaya adalah syakila, syakila memeliki tujuan untuk berteman dengan Athaya karna ia pengen menjadi teman sekaligus seseorang yang menguatkan Athaya di saat-saat seperti ini.

"Jadi gua harus manggil lo siapa...? Vio, letta, syakila, kila, atau zahra...?" Tanya Athaya.

"Panggil aku syakila aja, ay ingat yah, jangan pernah merasa sendiri di saat-saat seperti ini, kebohongan bakalan terungkap dengan sendirinya kok, lo gak perlu khawatir yah" Ucap syakila sambil memegang sebelah tangan Athaya.

Athaya mulai terisak kembali, bagaimana bisa ia menjadi tenang kalau semuanya sudah terjadi seperti ini, kenapa semuanya harus terjadi seperti ini.

"Dan yang harus kamu ingat, jangan pernah menyalahkan keadaan dan Tuhan beserta takdir, karna semuanya sudah di atur sama yang di atas, senyum dong, masak nangis terus" Ucap syakila sembari tersenyum.

Setelah mengatakan itu, syakila menarik Athaya kedalam pelukannya, saat itulah Athaya menangis sejadi-jadinya, ia beryukur masih ada syakila yang ingin menguatkannya di saat-saat seperti ini.

"Gua kuat kok, nih" Ucap Athaya sambil memperlihatkan gigi putih nya sembari tersenyum.

Setelah itu mereka tertawa bersama.

o0o

Bel pulang sekolah berbunyi semua murid pulang kembali ke habit nya masing-masing.

Athaya kini berjalan lunglai dan lesu , saat ia masuk ke dalam rumahnya, ternyata sudah ada yang menunggu nya di ruang tengah.

"Foto Apa-apaan ini Athaya?" Tanya papa Arkan sambil menyodorkan beberapa lembaran foto.

"It-itu,itu fotonya..." Ucap Athaya gugup.

"Kali ini saya benar-benar kecewa dengan kamu, sedari kecil saya selalu mendidik kamu dengan penuh kasih sayang Athaya, kenapa sekarang kamu membalasnya dengan hal murah seperti ini, di bayar berapa kamu melayani pria ini hah!" Marah papa arkan.

"Pah, itu bukan Athaya pah, Athaya di jebak, kenapa gak ada yang percaya dengan Athaya, bahwa itu foto yang di ambil dalam keadaan Athaya gak sadar" Ucap Athaya membela dirinya, bahkan foto itu sudah remuk di tangan Athaya tidak berbentuk.

"Kamu! Bisa-bisanya kamu seperti ini, jangan mengelak dengan hal yang kamu lakuin, saya selalu mengajarkan kejujuran ke kamu, kenapa kamu harus berbohong, saya malu memiliki anak seperti kamu, saya harus membayar sekolah 2x lipat untuk membayar uang sekolah kamu agar kamu tidak di DO dari sekolah"ucap papa Arkan dengan emosinya.

Masalahnya ini bukan karna uang yah, tapi ini karna papa Arkan yang malu sebagai papa nya Athaya, orang yang selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya tapi justru malah di balas dengan hal yang memalukan, bahkan beberapa kolega bisnisnya banyak yang bertanya kepadanya tentang masalah ini.

"Waktu itu kamu menuduh saudara mu yang seperti ini, dan sekarang justru kamu yang melakukan hal keji dan hina seperti ini, sangat memalukan kamu" Ucap papa Arkan dengan kemarahannya.

"Bisaa jadi mungkin itu pelajaran yang di berikan oleh istrimu saat mendidik Athaya mas" Ucap mama vania mamanas-manasi.

"Tutup mulut lo yah, mama gua lebih suci di bandingkan mulut sampah lo itu, bahkan dia jauh lebih di atas segala nya di bandingkan elo yang dateng memanfaatkan keadaan di saat papa gua lagi butuh dukungan" Marah Athaya kali ini.

"CUKUP! Hormati saya sebagai kepala keluarga di rumah ini, saya gak mau komentar banyak Athaya, tapi selama 1 minggu kamu gak boleh pergi ke sekolah, bahkan untuk sekedar bermain pun gak boleh, paham kamu" Ucap papa Arkan.

"Tapi pah, papa kan tahu kalau aku harus sekolah pah...?" Ucap Athaya.

"Tidak usah membantah, ini hanya satu minggu, dan kamu tidak boleh bermain medsos, HP kamu papa sita, siniin HP kamu" Pinta papa Arkan.

"Terus apa yang harus Athaya lakukan kalau semuanya gak di perbolehkan untuk Athaya" Marah Athaya.

"Itu akibatnya karna kamu sudah mempermalukan papa di depan semua kolega bisnis papa" Ucap papa Arkan.

"Papa egois tau gak, pah itu jelas jelas bukan foto nyata pah, itu foto nya Athaya yang di foto pas Athaya gak sadarkan diri" Kekeh Athaya.

"Papa tidak ingin bersabar lagi Athaya, sekarang masuk kamu ke dalam kamar, dan tinggal kan HP kamu di meja" Ucap papa Arkan tanpa melihat ke arah wajah putrinya itu.

Setelah menyerahkan ponselnya, Athaya pergi ke dalam kamarnya, dan mulai menangis, kenapa semuanya jauh dari ekspektasinya , jauh berbeda dari cerita yang ia ingin kan, apa yang harus ia lakukan sekarang, bagaimana bisa ia mencari bukti-bukti nya kalau ia saja tidak di perbolehkan keluar.

Sial!.

Jangan lupa tinggalkan jejak.

TBC.

Wound In Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang