41.menunggu

24 3 0
                                    

H
A
P
P
Y
R
E
A
D
I
N
G
🐻

Pukul 19.00

Kini Athaya sudah bersiap pergi ke danau tempat ia janjian dengan Athala, sebelum pergi ke danau ia mampir di toko kue dan toko bunga.

Sesampainya di danau ia masuk ke dalam rumah pohon, ia sendirian di temani dengan cahaya lampu yang remang-remang, serta suara semilir angin yang beradu dengan air.

"Aku harap kamu datang tha, bukan hanya menjawab pesan yang aku kirim saja" Monolog Athaya.

Pukul 19.30

Pukul 20.00

Pukul 20.30

Pukul 21.00

"30 menit lagi kalau kamu belum datang aku benar-benar pamit tha,dan tinggalin semua nya di sini" Monolog Athaya.

Bertepatan dengan pukul 21.30,
Tiba-tiba hujan turun membasahi bumi, Seakan-akan tahu keadaan Athaya saat ini, Athaya mulai turun dari rumah pohon dan melangkah sambil bermain hujan, baju yang tadi nya bagus dan rapi kini kusut, lecek, dan basah kuyup bahkan rambu yang awalnya tertata rapi, kini berantakan.

Athaya berjalan ke pinggir jalan untuk mencari angkutan umum untuk pergi dari danau.

Kecewa tentu saja,harapan yang ia harepin sedari tadi kini berujung sia-sia, persiapan yang ia siapkan dari tadi juga sia-sia.

o0o

Sedangkan Athala di rumah sakit lagi bingung dan sibuk mencari pendonor untuk sang adik, bagaimana kalau sampai jam 00.00 nanti belum juga ada pendonor.

Berselang waktu seorang dokter masuk ke ruangan Alhana.

Cklek.....

Suara pintu di buka membuat semua atensi orang yanga da di ruangan itu melihat ke arah pintu.

"Permisi tuan" Ucap sang dokter.

"Ada apa yah dok...? Apa sudah ada pendonor untuk anak saya? " Tanya bunda Andini.

"Kedatangan saya ke sini  ingin mengabarkan kabar bahagia, bahwa sudah ada pendonor untuk nona Alhana" Ujar dokter dengan raut wajah bahagia.

"Dokter beneran...?siapa pendonor itu dok...? Biarkan saya bertemu dengan dia, saya ingin berterima kasih kepada nya" Ujar bunda Andini bahagia.

Tidak hanya bunda Andini saja yang bahagia tapi juga semua orang yang ada di ruangan itu, seulas senyum terbit di bibir Athala.

"Maaf dokter Andini, tapi pendonor tidak ingin di beri tahu identitas nya, ia hanya menginginkan doa dari keluarga ini agar selalu di berikan kebahagiaan" Jelas dokter merahasiakan identitas pendonor.

"Ta-tapi dok, saya ingin tahu pendonor itu, saya bakalan kasih imbalan untuk dia"ucap bunda Andini kekeh.

"Mohon maaf sekali lagi dokter Andini" Maaf dokter.

"Ya sudah dok, tidak apa-apa" Pasrah bunda.

"Lalu kapan anak saya akan di transfusi darahnya oleh pendonor itu...?" Tanya Ayah Adinata.

Wound In Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang