CHAPTER 37

1.7K 77 0
                                    

KATIL disorong oleh beberapa jururawat untuk dibawa ke dewan bedah . Qaid setia memegang tangan isterinya itu daripada dilepaskan . Mata tetap bertemu sesama sendiri .

" Awak jangan risau ye ? Kita okay " wajah Seroja menahan kesakitan saat ini . Qaid mengetap bibir sebelum tangan satu lagi mengusap kepala Seroja yang bertudung ala kadar itu .

" Jangan cakap banyak sangat . Kumpul tenaga tu "

" Doakan kita . Maafkan kita kalau kita ada buat salah pada awak " Qaid mengangguk berkali-kali . Saat katil itu berhenti ditolak di hadapan dewan bedah , terusan Qaid mengucup dahi isterinya lama .

" Kita tunggu awak kat luar ni . Ingat Allah ye , cinta ? Kuat untuk kita kuat untuk anak kita nanti " dia mengangguk dengan tubir mata yang berair . Tangannya yang memang dipasang jarum branula itu mengusap pipi suaminya perlahan .

Sejurus itu air matanya mengalir perlahan merenung mata suaminya yang sangatlah dia cintai . Lelaki inilah yang mengajarnya tentang cinta dan kasih sayang .

" Insya Allah sayang " tangannya bersama Qaid terlepas bila katil itu ditolak masuk ke dalam . Lelaki itu memandang Seroja yang mula kejauhan dengan penuh kerisauan .

Dia mahu menemani isterinya di dalam namun prosedur hospital tidak membenarkan buat masa ini atas sebab-sebab tertentu jadi dia perlu redha sepenuhnya .

" Rabbi yaasir wala tu'assir rabbi tammim bilqhair... " dia membaca perlahan doa itu sehinggalah pintu dewan bedah itu tertutup .

Punggung dilabuh di kerusi dengan tangan meraup wajahnya perlahan . Tak henti-henti dia berdoa semoga tiap urusan isterinya itu dipermudahkan oleh Allah SWT .

" Ya Allah permudahkanlah urusan isteriku Ya Allah " 

Seroja menarik nafas panjang merenung siling atas . Air matanya mengalir setitis demi setitis . Kalau ditanya kenapa dia menangis , bukanlah sebab dalam kesakitan . Sakit itu usah cakaplah hanya Allah sahaja yang tahu .

Dia menangis kerana dua maksud . Yang pertama , tidak lama lagi dia akan bergelar seorang ibu kepada anak yang dia akan lahirkan nanti . Tanggungjawab yang akan besar dia galas selepas ini menjaga dan menghargai kurniaan Tuhan kepadanya .

Yang kedua , dia akan menghadapi peperangan dalam melahirkan anak dimana ini soal hidup dan matinya . Andai dia hidup , itu juga satu kurniaan Tuhan buatnya untuk berbakti pada anak dan suaminya serta keluarganya nanti .

Masuk bernyawa keluar tidak bernyawa . Itu yang dia risaukan .

Andai ditakdirkan sampai sini sahaja perjalanan hidupnya , dia berharap sekali Qaid akan menerima soal ini dengan hati yang terbuka . Dia serahkan semua ini pada Ilahi . Dia tahu andai dia tiada , suaminya itu mampu menjaga anak-anaknya nanti .

Ye , anak-anak . Bukan sorang malah dua bayi comel yang dia akan lahirkan hari ini . Ada dua nyawa yang bakal melihat dunia sebentar nanti .

" Rabbi yaasir wala tu'assir rabbi tammim bilqhair "

Ya Allah Engkau permudahkanlah dan
janganlah Engkau susahkan .
Ya Allah , Engkau akhirkanlah dengan kebaikan .

════ Qᴀɪᴅꜱᴇʀᴏᴊᴀ ⚘ ════

Qaid mencempung tubuh si kecil yang diletakkan di atas katil bayi hospital itu . Dipandang bayi suci itu dengan senyuman sebelum dikucup pipi lembut kemerahan itu seketika .

" Asalamualaikum sayang ayah " tiba-tiba sahaja bayi itu merengek kecil sebelum diam kembali . Qaid tertawa kecil . Inikah rasanya bila bergelar seorang ayah ?

QAID BUAT SEROJAWhere stories live. Discover now