Aku berlari dengan kegirangan di sebuah taman bermain yang sepi ini. Aku terus berlari-lari sampai akhirnya aku sadar bahwa aku sedang bersama seseorang. Aku berbalik dan melihat seorang lelaki bermata cokelat sedang berjalan ke arahku.
"Ken!" teriakku pada seorang lelaki bernama Ken. Ken hanya melempar senyuman dan tetap berjalan dengan santai, menghampiriku.
Ck! Lambat sekali Ken berjalan. Aku berlari ke arahnya dan menarik tangannya. "Pelan-pelan, Mia." gerutu Ken. Aku tidak peduli, aku terus menarik Ken menuju Ayunan. Aku duduk di salah satu Ayunan dan menatap Ken dengan semangat. "Dorong aku!"
Ken terkekeh lalu ia berjalan ke belakangku dan mendorongku dengan hati-hati.
"Dorong yang kuat, Ken!"
"Nanti kau jatuh, Mia."
Aku berhenti dan diam. Aku berbalik dan menatap Ken dengan wajah tidak enak. Ken menatapku dengan alis terangkat. "Ada apa, Mia?"
*Krruuuukk*
Aku memegangi perutku yang mulai mengeluarkan bunyi memalukan. "Aku lapar."
Ken tertawa setelah mendengar suara perutku, wajah tampannya menjadi semakin tampan ketika ia tertawa seperti ini.
Aku merasa wajahku memanas, aku berbalik memunggungi Ken. Tak lama, sebuah bayangan menutupiku yang duduk. Aku mendongkak dan melihat Ken berdiri di hadapanku. Lelaki bermata cokelat itu mengulurkan tangan kanannya.
"Kalau begitu ayo kita pulang. Sebentar lagi makan malam tiba." Aku menatap wajah Ken yang tersenyum hangat sejenak, kemudian aku mengangguk dan menyambut tangannya.
Aku menggenggam tangan Ken dengan erat sambil berusaha mengimbangi tubuhku, aku langkahkan kaki-ku diatas pembatas jalan. Dapat aku rasakan Ken juga menggenggam tanganku dengan erat.
Beberapa saat kemudian, sampailah kami. Aku dan Ken berdiri di depan pagar rumahku. Aku menoleh ke arah Ken dan tersenyum. "Kita sudah sampai."
"Mia, malam ini makan malam di rumahku saja. Okaa-san (Ibu) hari ini masak Kare." Ajak Ken, lelaki itu masih menggenggam tanganku dengan erat.
"Sebenarnya aku ingin malam di rumah Ken seperti biasanya. Tapi malam ini aku tidak bisa." tolakku dengan halus. Ken menatapku bingung, "Kenapa?"
Aku tersenyum lebar memperlihatkan gigiku yang rapi. "Malam ini Okaa-san (Ibu) ada dirumah. Aku yakin Okaa-san sudah pulang dan sedang memasak makan malam!"
Ken menatapku dengan sorot khawatir dan iba. Aku tetap mempertahankan senyumanku. Aku tidak ingin membuat lelaki bermata cokelat itu cemas.
"Baiklah." Ken tersenyum sendu padaku. "Kalau begitu sampai jumpa besok, Mia."
Aku mengangguk. "Sampai jumpa besok, Ken!"
Setelah itu aku membuka pagar rumahku dan masuk. Aku membuka pintu rumah yang ternyata tidak terkunci, aku berbalik dan melihat Ken yang masih berdiri di depan pagar. Aku melambaikan tangan padanya, ia membalas. Kemudian aku masuk dan menutup pintu.
Baru selangkah tungkai kaki-ku bergerak, aku terperanjat mendengar suara pecahan piring —sepertinya. Aku segera berlari menuju sumber suara yang berasa dari dapur. Aku berdiri di depan dapur dengan mata melebar penuh.
Aku terkejut melihat pemandangan di depanku. Ibu terduduk lemah dengan darah menetes dari kepalanya dan Ayah berdiri tidak jauh dari Ibu dengan wajah mengeras.
"Okaa-san!" Aku berteriak panik melihat keadaan Ibu. Ibu tersentak dan menoleh ke arahku.
"Miaka! Jangan ke sini!" panik Ibu. Aku menghiraukannya dan tetap mendatanginya. Air mata keluar begitu saja melihat keadaan Ibu dari dekat. Aku sentuh kening Ibu yang berdarah, Ibu meringis pelan. Aku menatap darah yang menempel ditanganku dengan air mata bercucuran.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Third" (2015)
Teen FictionMia dan Ken membuat janji jika sudah dewasa nanti mereka akan menikah. Mereka harus saling menjaga hati satu sama lain sampai mereka menikah nanti. Namun kejadian tidak terduga terjadi. Ken pergi meninggalkan Mia karena musibah yang menimpanya. Disa...