CHAPTER 18

520 49 11
                                    

Pukul 9 malam, Ken mengendarai mobilnya dengan santai, di jok sebelah lelaki itu terdapat plastik putih yang berisi macam-macam snack dan minuman ringan.

"Sebenarnya aku malas keluar, tapi Hina merengek minta dibelikan snack." Keluh Ken dalam hati.

Ken memutarnya stir kemudi ke arah Jembatan Hijiribashi, lelaki itu memperlambat kecepatan mobilnya, lalu ia berhenti tidak jauh dari Jembatan itu. "Oh iya, aku lupa jembatan Hijiribashi sedang dalam perbaikan." Gumam Ken. Lelaki tampan itu mendesah pelan, lalu ia menurunkan gigi mobil, membuat mobilnya mundur untuk memutar balik. Ketika hendak putar balik, mata Hazelnya menangkap sesosok yang ia kenal di area perbaikan jembatan itu.

Ken memicingkan matanya pada sosok yang familier itu, beberapa detik kemudian Ken terbelalak, "Mia!?"

Telihat Mia sedang duduk bersama beberapa pekerja lainnya. Sepertinya perkerjaannya sudah selesai. Mia terlihat agak lusuh dan kotor, mungkin karena mengangkut pasir, batu, dsb.

Ken melihat pemandangan di depannya dengan tidak percaya. "Apa yang dia lakukan di situ!?" Ken memegang erat stir kemudi sampai buku-buku jarinya memutih. Perasaan kesal dan marah membuncah ketika Ken berspekulasi bahwa Mia bekerja di sana. Dia harap tidak benar. Ken bergegas keluar dari mobil dan berlari mendekati area perbaikan jembatan Hijiribashi.

Ken berdiri di depan garis pembatas, dia tidak boleh melangkah lebih dalam lagi karena berbahaya. Sekitar 100 meter, Ken dapat melihat dengan bahwa orang itu adalah Mia. Mia sedang duduk sambil melap keringat di pelipisnya dengan handuk kecil.

"Mia!" teriak Ken.

Mia sedikit terkesiap mendengar seseorang memanggil namanya. Perasaan gadis itu mulai tidak enak. Mia celingak-celinguk mencari sumber suara. Ken yang melihat itu yakin bahwa Mia mendengar suaranya. "Mia!!" teriak Ken lagi. Sedikit menarik perhatian para pekerja di jembatan itu.

Tak lama, iris hitam Mia bertubrukan dengan iris hazel milik Ken. Mia terkejut, mata gadis itu melebar. Gadis itu melihat seorang lelaki tampan dengan hoodie hitam dan celana jeans panjang robek di bagain lutut berdiri di sisi jembatan. Jantung Mia berdegup kencang melihat raut wajah Ken yang terlihat marah dan cemas.

"Astaga! Ken!"

Mia berdiri dengan cepat, menarik perhatian para pekerja lainnya yang duduk bersamanya. "Ada apa, Shimura-san?" tanya salah satu pekerja.

"Ano, aku harus pulang! Otsukaresama!" ujar Mia dengan cepat, gadis itu terlihat terburu-buru. "Kerja yang bagus untuk hari ini. Hati-hati di jalan, Shimura-san." Mia membungkuk hormat, lalu gadis itu mengambil tas sekolahnya dan melengang pergi.

Ken memperhatikan Mia yang beranjak pergi, dia pikir gadis itu akan mendatanginya dan memberikan penjelasan, tapi ternyata gadis itu malah pergi ke arah lain, membuat rasa panas Ken semakin membuncah sampai ubun-ubun. "Astaga! Mau kemana kau Mia!" Lelaki itu segera mengejar Mia yang pergi ke lain arah.

Mia berjalan dengan cepat, untung saja dia sudah berganti baju dengan seragam sekolahnya. Jika Mia masih memakai baju kulinya, gadis itu tidak bisa pulang. Mia menoleh ke belakang dan gadis itu terperanjat melihat Ken berlari mengejarnya. Rasa panik menyerang Mia, jantungnya berpacu dengan cepat. Mia berlari sekuat tenaga menjauhi Ken.

"Aku harus bersembunyi!"

Mia menyapu pandangan ke sekelilingnya, gadis itu melihat banyak pohon-pohon besar di sebelah kirinya. Mia berlari dengan cepat dan bersembunyi di salah satu pohon besar. Napas Mia tersengkal-sengkal. Gadis itu lelah. Lelah berlari maupun bekerja.

Tak lama, Ken berdiri tidak jauh dari tempat Mia bersembunyi, dapat gadis itu dengar napas Ken yang juga tersengkal. Mia segera menangkup mulutnya dengan kedua tangannya dan menempel pada batang kayu yang besar ini.

"Third" (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang