CHAPTER 24

448 38 11
                                    

Seorang gadis cantik bermata coklat cerah sedang duduk di salah satu meja baca yang ada di perpustakaan SMP Kaimei. Di hadapan gadis itu terdapat sebuah Novel terjemahan karangan Stephanie Mayer yang berjudul 'Twilight', novel itu terbuka dan siap untuk di baca, namun si pembaca justru tidak menaruh perhatian pada novel itu, melainkan pada seorang lelaki tampan bermata biru kelam yang duduk di kuris Penjaga Perpustakaan.

Hina memperhatikan Akihisa yang sedang larut dalam buku bacaannya. "Akki suka sekali membaca, yah. Mungkin karena itu dia menjadi penjaga perpustakaan." Batin Hina bermonolog.

"Cocok sekali untuk orang yang dingin dan tidak suka bersosialisasi seperti Akki."

Hina mengulas senyum lembut. Tiba-tiba gadis itu teringat masa lalunya bersama Akihisa. Gadis itu jadi teringat peristiwa yang membuatnya jatuh hati pada lelaki es penyuka buku itu.

"Aku ingat sekali, aku menyukai Akihisa sejak umur enam tahun..."

Asakura Hina's Point of View

Aku menyukai seorang lelaki bernama Shimada Akihisa sejak umur enam tahun. Akihisa adalah tetanggku. Mamaku dan mama Akihisa sangatlah dekat, begitu juga dengan kakakku dan kakaknya.

Akihisa adalah anak yang pendiam dan jarang bersosialisasi. Waktu kecil Akihisa hanya bermain bersama kakaknya saja. ketika Kanade-san menyuruhnya untuk bermain denganku, anak itu menjadi sangat pendiam dan dingin.

Jujur saja, dulu aku malas berteman dan bermain dengannya. Akihisa membosankan, anak itu tidak terlihat antuasias sama sekali ketika aku mengajaknya bermain, sikapnya sangat berbeda ketika Mia— kakak Akihisa yang mengajaknya bermain. Anak itu akan tersenyum dan tertawa dengan lepas ketika bermain bersama Mia. Menyebalkan.

"Hina, coba kau ajak Akihisa main ke taman. Dia tidak ada temannya tuh." Ujar Mama. Aku menggeleng kuat. "Tidak mau! Hina selalu di diamkan jika mengajaknya bermain. Hina tidak suka di cuekin!" sahutku.

Waktu itu, aku dan kakak sedang bermain monopoli di teras rumah. Tak lama, Akihisa dan kakaknya keluar dan bermain tangkap bola di halaman rumah mereka. Aku perhatikan Akihisa yang bersemangat melempar bolanya pada Mia. Dia dengan mudahnya tersenyum bahkan tertawa. Hatiku sedikit menghangat melihat senyum dan mendengar tawanya.

Andai dia mau bermain bersamaku, tersenyum dan tertawa seperti itu.

"Ah, itu Mia!" lamunanku buyar ketika kakakku berucap. "Mia!!" panggil kakakku. Mia segera menoleh ke arah kami lalu ia tersenyum lebar. "Ken!!" sahut Mia.

"Sini! Ayo kita main monopoli!" ajak kakakku seraya menggerak-gerakkan tangannya mengajak Mia. Mia mengangguk dengan semangat. Sedangkan Akihisa, senyumnya hilang dan wajahnya kembali datar seperti biasa.

"Akihisa juga ikut sini! Ayo!" ajak kakakku pada Akihisa. Akihisa hanya menatap kakakku sejenak, lalu ia masuk ke dalam rumahnya.

"Akki!" panggil Mia, tapi dia menghiraukan kakaknya. Mia menatap kakakku sebentar. "tunggu sebentar ya, Ken." Lalu Mia masuk ke dalam rumah menyusul Akihisa.

"Untuk apa Onii-chan mengajak Akihisa. Dia pasti tidak mau." Ujarku. Kakak menatapku. "Jangan begitu, Hina. Siapa tahu dia juga ingin bermain bersama kita."

"Tapi dia tidak menjawab dan masuk ke dalam rumah." Kakakku kembali menatap ke arah rumah Mia dengan cemas. Aku hanya menghela napas. Ini sudah biasa.

Tak lama mia keluar dari rumahnya dan berjalan menghampiri kami. Mia ikut duduk di teras rumah bersama kami.

"Mana Akihisa?" tanya kakakku. Mia tersenyum maklum. "Maaf ya, Ken, Hina. Akki tidak mau bermain." Ujar Mia tidak enak.

Tuh kan, dia tidak akan mau.

"Third" (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang