CHAPTER 16

548 44 7
                                    

Bel pulang berbunyi. Mia memasukkan buku dan alas tulisnya ke dalam tas. Gadis itu menoleh ke bangku sebelahnya, di lihatnya Nakagawa berdiri lalu menatap Mia.

"Aku duluan, Shimura." Ucap Nakagawa. "Nakagawa-kun langsung ke klub basket?" tanya Mia. "Iya, hari ini ada latihan tanding dengan sekolah lain," Nakagawa tersenyum manis. "jika kau mau bergabung dengan klub basket, katakan padaku, ya." Mia tersenyum dan mengangguk, setelah itu Nakagawa melengang pergi.

Mia berjalan menuju loker sepatu yang ada di depan. Karena Ritsu ada urusan dengan Sakurai-sensei, jadinya Mia pulang sendirian.

Mia sampai di loker sepatu, tidak ada satu pun murid. Ketika Mia menuju loker sepatunya, tiba-tiba langkahnya terhenti. Tepat di depan loker sepatu Mia, seorang lelaki tampan bersender dengan mata tertutup. Jantung Mia berdegup kencang melihat sosok lelaki tampan itu. Ken. Dengan perasaan tidak karuan, Mia mendekati Ken. "Apa Ken tidur?" Mia berdeham pelan.

"Ano, Asakura-senpai," panggil Mia, perlahan Ken membuka matanya, manik cokelatnya langsung mengarah pada Mia. Ken mengangkat alisnya sedikit, "Asakura-senpai?" ulang Ken. Mia hanya diam menatap wajah Ken. Ken mendesah pelan. "Entah mengapa aku tidak suka kau memanggilku seperti itu." Gumam Ken.

"Tolong minggir, Asakura-senpai. Aku ingin mengganti sepatu." Ujar Mia sopan.Ken menatap Mia tajam. "Aku tidak suka kau memanggilku seperti itu." Tekan Ken. Mia mendesah kecil.

"Ini di sekolah, dan kau kakak kelasku. Aku harus memanggilmu seperti itu." Sahut Mia. "Tidak perlu, panggil saja seperti biasanya."

"Untuk sekarang tidak bisa. Aku tidak mau ada murid yang curiga kalau kita dekat." Tolak Mia pelan. Ken mengusap wajahnya frustasi.

"Doite kudasai (Tolong minggir), senpai." Pinta Mia, dengan malas Ken bergeser dari loker Mia. Lelaki itu memperhatikan Mia yang mengganti sepatunya. Selesai mengganti sepatu, "Kalau begitu aku duluan, senpai." Ketika Mia hendak pergi, Ken menahan lengan gadis itu.

"Aku antar kau pulang, Mia." Mia melotot kaget, gadis itu menatap Ken dengan panik. "Jangan sebut namaku di sini, Ken!" bisik Mia. Ken menatap Mia dengan tatapan 'aku-tidak-peduli'.

"Lepaskan aku." Ken hanya diam. Mia mendesah berat, rasanya dia ingin menangis di tahan seperti ini. "Kumohon, Ken. Lepaskan aku." Mia memohon dengan mata berkaca-kaca

"Ceritakan apa yang terjadi padamu." Mia menggeleng kuat. "Aku tidak bisa." Rahang Ken mengeras. "Tidakkah kau tahu aku sangat mengkawatirkanmu!? Kau yang seperti ini!" ujar Ken dengan nada tertahan. Mia diam, dada gadis itu bergemuruh menatap Ken.

"Aku senang bisa bertemu denganmu lagi, Mia. Aku sangat senang, tapi disaat yang bersamaan aku juga frustasi. Frustasi karena aku tidak tahu apa yang terjadi padamu. Kenapa kau menjadi seperti ini!?"

Mia membuang muka tidak berani menatap Ken. Sedikit lagi air matanya akan tumpah. "A-aku tidak bisa, Ken." lirih Mia. Ken menghela napas berat, "Kau semakin membuatku frustasi, Mia." Desis Ken.

"A-aku hanya tidak ingin merepotkanmu, Ken. Aku tidak ingin kau terlibat dalam masalahku. Aku sungguh tidak mau!" ujar Mia dengan suara bergetar, bulir bening mengalir dengan mulus. Ken tercengung menatap Mia yang nampak terluka, perlahan Ken mengendurkan cengkramannya pada lengan Mia. Ken menatap Mia sendu.

"Kau tidak merepotkanku, Mia. Aku... aku hanya ingin membantu orang yang aku sayangi," Tutur Ken lembut, membuat jantung Mia berdegup kencang. Lelaki bermanik cokelat terang itu melanjutkan, "Aku mencintaimu, Mia."

Jantung Mia berdegup semakin kencang membuat dadanya terasa sesak. "Ini kedua kalinya Ken mengucapkan kata itu padaku, tapi..." seseorang dengan senyum manis melintas di benak Mia. "...kalimat Ken barusan terdengar menyakitkan untukku."

"Third" (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang