CHAPTER 15

643 49 5
                                    

Di jam istirahat makan siang, Seorang gadis cantik bersurai cokelat gelap berjalan sepanjang koridor, gadis cantik itu terlihat sedang mencari seseorang. "Di mana Kenji-kun, ya?" gadis itu bermonolog.

Ayame menuruni anak tangga, lalu matanya menangkap sosok yang ia cari. Gadis itu memiringkan kepalanya sedikit melihat Ken. "Apa yang Kenji-kun lakukan di lantai dua? Itu, kan, ruang kelas anak kelas satu."

Ayame bergegas menghampiri Ken sebelum lelaki itu berjalan semakin jauh. "Kenji-kun!" panggil Ayame. Ken berhenti melangkah dan berbalik, "Ayame."

"Apa yang kau lakukan di lantai dua? Apa ada sesuatu?" tanya Ayame.

"Bukan urusanmu, Ayame." Sahut Ken dingin.

"Tentu saja itu urusanku juga. Aku kan pacarmu." Sahut Ayame dengan senyum manis. Ken mendesah kecil. Lelaki itu sebenarnya ingin ke kelas Mia untuk mengecek gadis itu. Tidak bisa di pungkiri bahwa Ken merindukan gadis itu. Tapi Ayame menemukannya, jadi tidak mungkin dia bisa menemui Mia. Dia tidak ingin Mia bertemu dengan Ayame lagi.

Tiba-tiba sesuatu terlintas di benak Ken. Lelaki tampan itu menatap sang kekasih. "Ayame, ada yang ingin aku bicarakan." Ayame mengangkat alisnya. "Hm? Apa itu?"

"Ikuti aku. Aku tidak bisa mengatakan di sini, terlalu banyak orang." Perintah Ken, lalu lekaki itu berjalan dan Ayame membuntutinya. Ken membawa Ayame ke taman yang ada di belakang sekolah.

Dua insan itu berdiri di bawah pohon Sakura yang bermekaran. Beberapa bunga Sakura berguguran dengan lembut. "Jadi, apa yang ingin Kenji-kun katakan?" tanya Ayame was-was.

"Apa kau ingat dengan ucapanmu saat kau menjadi kekasihku?" tanya Ken serius. Ayame terdiam kaku, jantungnya berdegup tidak nyaman. Gadis itu mengangguk ragu.

"Aku tidak masalah jika Kenji-kun tidak membalas perasaanku. Maka dari itu, izinkan aku menjadi kekasihmu dan berada di sisimu." Ucap Ayame mengulang kalimatnya ketika dia ingin menjadi kekasih Ken.

"Baguslah jika kau ingat." Perasaan Ayame menjadi tidak enak. Keringat dingin mengalir di pelipis gadis itu. Ken manatap manik cokelat Ayame dengan sendu.

"Ayame, aku sudah menemukan gadis yang aku cintai." Iris cokelat gadis itu melebar, "Sudah... menemukannya?" Ayame membeo. Ken menangguk.

"Kau tahu 'kan, apa artinya itu?" tanya Ken. Ayame bergeming. Ken menarik napas, lalu berkata. "Hubungan kita sampai di sini saja."

Seketika kerongkongan Ayame mengering, air mata gadis itu mulai menumpuk di ujung mata. Ayame mengepalkan kedua tangannya dengan erat. "Ti-tidak! Aku tidak mau, Kenji-kun!" tolak Ayame. Air mata gadis itu mengalir, Ayame menatap lelaki bermanik Hazel itu dengan sedih. "Aku menyukaimu, Kenji-kun. A-aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja." ujar Ayame dengan suara bergetar.

"Dari awal aku sudah bilang bahwa aku sudah memiliki seseorang yang aku cinta. Tapi kau tetap keras kepala dan terus memaksa agar berada di sisiku." Ayame menggigit bibir bawahnya pelan.

"Aku tahu itu, Kenji-kun. Tapi kau bilang, kau dan gadis itu terpisah karena sesuatu, karena hal itu aku merasa ada harapan," air mata Ayame mengalir. "aku pikir hubungan yang kita jalani selama setengah tahun ini bisa membuat Kenji-kun lupa dengan gadis pujaanmu itu tapi ternyata tidak..." kepalan tangan Ayame semakin mengerat sampai buku jarinya memutih. "...Aku selalu berharap Kenji-kun tidak akan bertemu dengan gadis itu lagi. Aku berharap kalian pisah selamanya. Aku... Aku..."

Ayame menundukkan wajahnya dan menangis, napas gadis itu menjadi tidak karuan. Ken menatap Ayame dengan sorot dingin.

"Aku tidak menyangka kau berharap seperti itu." Desis Ken. "sayangnya, harapanmu itu sangat sulit untuk terkabul. Tidak ada yang bisa menggantikan Mia dalam hidupku. Gadis itu satu-satunya pemilik hatiku." Ayame menutup matanya pedih mendengar kalimat Ken. Gadis itu berusaha untuk menghentikan tangisnya, tangannya terangkat mengusap air mata, lalu ia menatap Ken.

"Third" (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang