CHAPTER 10

656 53 4
                                    

Siang ini jadwal Akihisa menjaga perpustakaan. Lelaki itu menjaga perpustakaan sambil membaca sebuah buku kecil. Namun hari ini Akihisa menjaga perpustakaan dengan tidak tenang. 

Bukan karena pengunjung perpustakaan berisik, pengunjung perpustakaan siang ini hanya tiga orang. Akihisa menjadi tidak tenang karena salah satu pengunjung perpustakaan sedaritadi terus memperhatikannya. Seorang gadis cantik bermata cokelat cerah. Hina.

Dapat Akihisa rasakan Hina sedang menatapnya. Akihisa menghela napas pelan lalu melirik Hina. Gadis itu terkesiap lalu dengan cepat menutup wajahnya dengan buku yang ia pegang. Akihisa mendesah pelan melihat tingkah Hina. Kemudian lelaki itu kembali membaca.

Akihisa tidak menyangka ternyata dia satu sekolah dengan Hina, dan juga menurut Akihisa, Hina tidak berubah. Gadis itu masih berisik, menyebalkan, dan manja. 

Semenjak mereka bertemu, Hina selalu mendekatinya dan bertanya ini-itu. Walau perangainya masih sama seperti dulu, Akihisa mengakui Hina tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik.

"Tapi tetap cantik Onee-chan."

Pintu perpustakaan terbuka, seorang gadis manis dengan rambut kuncir satu masuk dan mendekati meja penjaga perpustakaan. "Yo! Shimada-kun!" sapa gadis itu ceria. Akihisa berhenti membaca dan menatap gadis itu. "Mohon tidak berisik, Imae-senpai." Tegur Akihisa.

Gadis itu menutup mulutnya dengan empat buah jari tangannya. "Opss, gome (Maaf)." Ucap gadis itu dengan suara pelan.

Hina langsung menatap tajam gadis kuncir satu yang menyapanya dengan nada sok akrab. "Siapa orang itu!?" batin Hina.

"Aku mau memberitahumu. Kau boleh istirahat, Shimada-kun. Sekarang giliranku." Ujar gadis itu dengan senyum manis. Akihisa mengangguk, lelaki bermata kelam itu berdiri dan meninggalkan perpustakaan setelah pamit dengan Imae.

Hina segera berdiri dan keluar dari perpustakaan mengikuti Akihisa. Hina mengejar Akihisa yang berjalan dengan santai. "Akki, tunggu aku!" mendengar namanya dipanggil, Akihisa berhenti dan menoleh ke belakang sedikit. Hina berhenti tepat di belakang Akihisa. Lelaki itu berbalik menghadap Hina.

"Ada apa?" tanya Akihisa dengan nada dingin.

"Siapa perempuan tadi?" tanya Hina langsung. Gadis itu tidak suka penasaran. Hina tipikal yang ingin langsung tahu.

"Memangnya kenapa?" tanya Akihisa balik, masih dengan nada dinginnya.

"Aku hanya ingin tahu, Akki. Jawab saja." desak Hina. Akihisa menghela napas.

"Bisakah tidak memanggilku dengan sebutan 'Akki'?" Hina menggeleng. "Tidak bisa." Jawab Hina langsung. Akhisa menatap Hina sejenak, lalu ia berbalik dan berjalan meninggalkan Hina. Hina melebarkan matanya tidak percaya, gadis itu mengembungkan pipinya kesal.

"Akki!" Gadis itu mengejar Akihisa dan menarik lengan bajunya. Akihisa memutar matanya jengah, lelaki itu kembali berbalik menghadap Hina. "Ada apa lagi?" tanya Akihisa agak ketus.

"Kau belum menjawa siapa gadis tadi!" Akihisa terdiam. Memangnya dia belum menjawab? Pikir Akihisa.

"Tadi itu Imae-senpai. Dia juga penjaga perpustakaan." Jawab Akihisa. Hina mengangguk-angguk. "Jadi tadi itu Senpai (Senior)." Gumam Hina. Hina menatap mata biru kelam Akihisa.

"Lalu, apa Akki menyukainya?" tanya Hina lagi. Akihisa mengerutkan keningnya samar. Sedari tadi Hina terus bertanya, dan pertanyaannya semakin aneh.

"Menyukainya dalam artian apa? Kalau teman, iya." Akihisa menjawab dengan sabar. Hina menggeleng. "Dalam artian cinta." Akihisa terdiam, tatapannya menjadi kosong beberapa saat, lalu menjawab. "Tidak."

"Third" (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang