CHAPTER 19

509 47 8
                                    

Mata pelajaran fisika baru saja selesai. Sengoku meregakan tubuhnya, lalu bersender pada kursinya dengan malas, kepalanya di tolehkan ke arah Mia yang ada di pojok belakang. Sengoku melihat Mia menguap dengan lebar, matanya pun berair. "Lebar sekali Shimura menguap. Apa dia tidak tidur tadi malam?" Sengoku terkekeh dalam hati.

Sengoku terus memperhatikan Mia kini sedang memasukkan buku-buku ke dalam laci dengan malas. Beberapa saat kemudian, Sengoku memalingkan wajahnya menatap ke depan kelas. Sengoku takut dikira aneh jika terus memandang ke arah Mia.

"Tapi aku ingin terus melihatnya. Ada apa denganku?"

Sengoku melipat kedua tangannya di atas meja, lalu kepala lelaki itu di baringkan diatas tangannya. Kepala lelaki itu di miringkan ke arah Mia. Dengan begini teman-temannya yang lain tidak ada yang tahu kalau dia sedang memperhatikan Mia.

"Shimura kelihatan lelah sekali. Apa yang dia lakukan sampai segitu lelahnya?"

Tak lama, Sengoku melihat Nakagawa yang duduk di sebelah Mia mengajak gadis itu berbicara. "Nakagawa kah... pasti dia mengajak Shimura untuk bergabung dengan klub basket."

Nakagawa pernah berkata pada Sengoku bahwa dia tertarik untuk menjadikan Mia sebagai anggota klub Basket SMA Katagiri karena permainan basket Mia sangat bagus. Sengoku mendesah kecil. "Kalau tahu begitu aku tidak memanggil Shimura untuk menggantikan Mimura."

Sengoku terdiam sejenak, lalu lelaki itu mengeram pelan. "Astaga! Apa yang ku pikirkan!? Aku tidak boleh berpikiran seperti itu. Memanggil Shimura menggantikan Mimura adalah hal yang tepat dan benar, buktinya kami menang!" batin Sengoku menghapus pikiran jeleknya.

Tapi, helaan napas pelan terdengar lagi. "Tapi entah mengapa, ada perasaan aneh ketika Nakagawa bilang bahwa dia tertarik dengan Shimura."

Iris cokelat Sengoku terus memperhatikan Mia yang terlihat asik mengobrol dengan Nakagawa. "Nakagawa tertarik karena pemainan basket Shimura, bukan tertarik karena Shimura cantik seperti... perempuan."

Sengoku sibuk bergelut dengan pikirannya sampai akhirnya tiga orang murid perempuan mendatangi dan menghalangi pandangan Sengoku dari Mia. Sengoku mengangkat kepalanya dan duduk tegap.

"Nee Sengoku-kun, ayo kita ke karaoke sepulang sekolah nanti." Ajak salah satu gadis dengan suara cempreng. Sengoku tersenyum simpul menatap gadis itu, sejujurnya Sengoku sedang tidak mood berbicara dengan murid perempuan yang ada di kelasnya. Yang ada di pikiran mereka hanya bersenang-senang sepulang sekolah.

"Ayo Sengoku-kun, pasti akan seru jika kau ikut juga." Ajak gadis lainnya. Sengoku tertawa pelan, tangannya terangkat menggaruk tengkuknya, lalu mata lelaki itu tak sengaja melihat Mia yang tertawa dengan manisnya bersama Nakagawa. Senyum Sengoku perlahan memudar, dadanya berdenyut tidak nyaman.

"Aku belum pernah melihat Shimura tertawa seperti itu. Apakah segitu lucunya candaan Nakagawa?" batin Sengoku.

Sengoku mengalihkan padangannya, ia tidak bisa melihat ke arah Mia lagi. Tidak baik bagi jantungnya. "Sengoku-kun?" panggil salah satu gadis. Sengoku menatap gadis itu dan tersenyum tipis, "Maaf ya, hari ini aku tidak enak badan. Jadi aku pass." Tolak Sengoku dengan halus. Para gadis itu mendesah kecewa. Sengoku berdiri dari bangkunya.

"Sengoku-kun mau kemana? Pelajaran selanjutnya sebentar lagi di mulai." Ujar salah satu gadis. "Aku ingin ke toilet." Jawab Sengoku singkat, lalu lelaki itu pergi keluar kelas.

Sebenarnya Sengoku keluar kelas karena dia tidak ingin melihat kedekatan Mia dan Nakagawa. Sengoku terus berjalan, bukan ke toilet melainkan ke Vending Machine yang ada di ujung lantai dua ini.

"Sungguh, Ada apa denganku? Memperhatikan seorang lelaki diam-diam dan menolak ajakan perempuan. Sepertinya aku sudah gila."

Di sisi lain, Mia terus tertawa mendengar lelucon yang dibuat Nakagawa. "Hentikan leluconmu, Nakagawa-kun. Aku sedang tidak ingin tertawa." Ujar Mia dengan senyum geli.

"Third" (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang