CHAPTER 12

543 52 20
                                    

"Ternyata kau di sini..."

Mia menatap lelaki yang berdiri di sisi ranjangnya dengan mata membulat. Ken membalas tatapan Mia dengan tatapan yang sulit dibaca. Mia tersentak pelan, lalu gadis itu mengalihkan pandangannya dengan menunduk.

"Anak kelas satu," panggil Ken. Mia terkesiap. "Sepertinya aku pernah melihatmu. Apa sebelumnya kita pernah bertemu?" tanya Ken. Mia semakin menundukkan wajahnya. "Tidak. Jangan sampai Ken mengenaliku." Batin Mia panik.

"Tidak. Kita tidak pernah bertemu sebelumnya, Senpai." Tidak mungkin dia menjawab 'iya'.

Ken duduk ditepi ranjang, membuat jantung Mia berdegup tidak karuan, dan jantung Mia semakin tidak karuan lagi ketika Ken tiba-tiba mencengkram pergelangan tangan Mia, memaksa gadis itu untuk menghadapnya. Ken menarik Mia mendekat dan menatap manik hitam yang ada di balik kacamata dengan lekat.

"Kau perempuan, bukan?" tuding Ken. Mata Mia membulat, gadis itu menggeleng-geleng, lalu mencoba menjauh dari Ken. "Apa yang Senpai katakan? Aku laki-laki." Sanggah Mia. Gadis itu kembali meringis ketika perutnya mulai bergejolak.

Ken mengepalkan tangannya dengan kuat. Ini aneh, jantung lelaki itu tidak terkendali menatap orang yang ada di hadapannya. "Aku harus memastikan."

Kedua tangan Ken terulur menangkup kedua Pipi Mia, memaksa gadis itu untuk menatap matanya. "Se-senpai, lepaskan aku." Mia menarik tangan Ken dari pipinya, namun sia-sia. Alhasil, gadis itu terpaksa menatap manik cokelat cerah yang sangat di rindukannya. Mata gadis itu berkaca-kaca, rasanya ia hendak menangis.

Tanpa sepatah kata, Ken melepas kacamata yang bertengger di batang hidung Mia. Sekarang Ken dapat melihat dengan jelas wajah orang yang ada di depannya. Jantung Ken seketika berdenyut menatap wajah cantik yang ia sentuh. Air mata mengalir membasahi tangan Ken.

"Hentikan. Kumohon." Lirih Mia.

Mendengar suara itu. Suara yang berbeda dari yang sebelumnya. Membuat Ken semakin yakin. Sebelah tangan Ken terangkat menyentuh rambut Mia, dengan perlahan lelaki itu menarik rambut tersebut.

Dan sekarang, rambut panjang hitam legam tergerai.

Ken tertegun menatap seorang gadis cantik yang ada di hadapannya. "Mia..." sebuah nama lolos dari bibir lelaki itu. Mia hanya menundukkan wajahnya.

"Kau Mia, bukan?" Mia hanya diam, gadis itu masih menunduk. Ken mencengkram bahu Mia tiba-tiba, membuat gadis itu mengangkat wajahnya. Ken menatap Mia dengan tatapan bingung dan panik. Mungkin lelaki itu takut jika gadis yang ada di depannya masih bersikeras bahwa dia bukan Mia.

Mia mengangguk pelan. "Lama tidak jumpa, Ken." Akhirnya Mia bersuara.

Cengkraman di bahu Mia melemas, kemudian tangan lelaki itu merengkuh Mia ke dalam pelukan. "Mia! Kau sungguh Mia!" ujar Ken lega dan senang.

Mia terdiam kaku dalam pelukan Ken. Lelaki yang memeluknya sekarang adalah lelaki dia tunggu selama 4 tahun. Perasaan hangat menyelimuti hati Mia, namun di saat bersamaan rasa perih ikut bercampur di hatinya. Air mata yang sempat berhenti, kini kembali mengalir. Gadis itu terisak pelan. "Ken..." desah gadis itu dalam tangisnya.

Mia merindukan Ken. Gadis itu sangat merindukan Ken.

Jantung Ken rasanya seperti di tinju mendengar Mia memanggil namanya. Lelaki itu melerai pelukannya, kemudian jemarinya menghapus air mata Mia. Mia mengatur napasnya yang tidak beraturan, dadanya terasa berat. Ken menatap Mia dengan sendu, sampai kemudian dia sadar bahwa ada sesuatu yang mengganjal dari Mia.

"Mia, kenapa kau berseragam laki-laki?" tanya Ken. Sedari tadi lelaki itu ingin bertanya tentang itu. Ken melirik kacamata dan wig Mia sekilas, lalu kembali menatap Mia. "Kau menyamar?!" tanya Ken bingung.

"Third" (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang