CHAPTER 9

561 48 3
                                    

Mia mengintip ruang ganti baju khusus laki-laki. Gadis itu mendesah lega melihat ruangan ini kosong. Tentu saja kosong, murid laki-laki sudah berganti baju duluan. Tadi Mia menunggu sampai ruangan ini kosong.

Mia menoleh kanan kiri, memastikan bahwa ruangan ini kosong. Setelah pasti, gadis itu mengganti seragam sekolahnya dengan baju olahraga. Mia mengganti dengan cepat. Mia mendesah lega setelah berhasil memakai baju olahraga. Kemudian gadis itu keluar menuju Ruang Olahraga.

Mia masuk ke dalam Ruang Olahraga, ia melihat semua murid-murid sudah berbaris menghadap Uchida-sensei. Dengan segera Mia ikut berbaris. Gadis itu berdiri paling belakang.

"Untuk mata pelajaran Olahraga hari ini, kita akan bermain basket!" Para murid laki-laki langsung heboh, mereka antusias.

"Basket kah... boleh juga. Sewaktu SMP aku masuk tim reguler di klub basket putri. Huah, jadi rindu." Batin Mia.

"Minggu ini anak laki-laki yang bertanding! Untuk anak perempuan, minggu depan!" jelas Uchida-sensei.

Uchida-sensei melihat buku absennya. "Ada 15 murid laki-laki di kelas 2-A. Bagi menjadi dua tim. Kemudian masing-masing tim lima orang bermain, sisanya duduk di bangku cadangan!" Jelas Uchida-sensei.

"Baik!!" jawab anak-anak serentak.

Murid perempuan berdiri dipinggir lapangan, untuk sekarang mereka hanya menonton dan mensupport.

Mia berkumpul bersama para murid laki-laki, mereka sedang membagi tim. Mia pasrah saja, terserah dia masuk tim yang mana. Tak membutuhkan waktu yang lama, tim sudah berbagi. Tim Merah vs. Tim Biru.

Mia masuk dalam Tim Biru bersama Sengoku, Nakagawa dan Mimura. Dalam Tim Biru ada tiga orang laki-laki yang duduk di bangku cadangan. Termasuk Mia.

"Syukurlah aku tidak ikut bermain. Aku tidak yakin bisa bermain bersama mereka." Batin mereka mendesah lega.

Mia duduk di bangku cadangan, mata hitam gadis itu menatap ke seberang lapangan. Di seberang sana para murid perempuan terlihat antusias, kecuali satu orang. Kuroki Ritsu. Gadis itu sendirian, tidak berkelompok bersama yang lainnya. Mia memperhatikan Ritsu yang terlihat datar seperti biasanya.

Ritsu merasa ada seseorang yang memperhatikannya, gadis itu menoleh dan menatap ke seberang. Dia melihat Mia sedang menatapnya.

Mia melambaikan tangannya ketika Ritsu menoleh ke arahnya. Ritsu menatap Mia dengan wajah datarnya, lalu ia membuang muka.

*Jleb*

Mia tersenyum canggung, alis gadis itu berkedut. Dia diabaikan. Seumur hidup belum pernah Mia diabaikan seperti tadi. Mia mendesah kecil. "Ritsu-chan, kau dingin sekali." Gumam Mia.

Mia menoleh ke arah kiri, dia melihat tiga orang laki-laki yangdi cadangkan sedang asik mengobrol. Mereka bertiga terlihat dekat. Mia menghela napas pelan, lalu menundukkan wajahnya.

"Ada apa dengan raut wajahmu itu?" Mia mengangkat wajahnya dan ia melihat Ritsu berdiri tidak jauh di depan Mia. "Ritsu-chan!?" Ritsu mendekati Mia dan berdiri di sebelah Mia.

"Kenapa kau ke sini?" tanya Mia bingung. Gadis itu agak kaget.

"Aku kasihan melihatmu yang sendirian dan kesepian. Jadi aku ke sini menemanimu." Jawab Ritsu tanpa intonasi.

"Bukankah kau yang kesepian diseberang sana?" batin Mia menyahut.

Mia menatap Ritsu yang berdiri disebelahnya sejenak. Gadis itu tersenyum kecil. Mia berpikir, dia tidak sendiri disekolah ini. Ada Ritsu. Gadis dengan rambut sebahu bermata emas itu tahu siapa Mia sebenarnya. Mengingat hal itu, Mia merasa lega dan tidak kesepian. Setidaknya ada satu orang yang tahu siapa dia sebenarnya.

"Third" (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang