CHAPTER 2

1.1K 79 8
                                    

Pagi ini aku siap berangkat ke Sekolah. Ibu mengunci pintu rumah dan menaruh kunci rumah dibawah keset. Siapa tahu pagi ini Ayah pulang.

Senyumku menghembang melihat seorang lelaki beseragam SMP berdiri di depan pagar rumah. Lelaki bermata cokelat itu tersenyum hangat seraya melambaikan tangannya. Aku segera menghampirinya dan menyapa, "Ohayou (Selamat Pagi), Ken!"

"Ohayou, Mia." sapa Ken. Senyum Ken hilang ketika ia melihat pipi kiri-ku yang bengkak akibat tamparan Ayah tadi malam. Ketika Ken hendak membuka mulutnya, Ibu datang menghampiri kami.

"Ah, Kenji-kun. Ohayou." sapa Ibu pada Ken. Ken menunduk sopan dan membalas sapaan Ibu. "Ohayou, Shimada-san."

Ibu menutup pagar rumah, setelah itu menoleh ke arahku. "Ayo kita berangkat." Aku mengangguk.

"Tunggu dulu, Shimada-san." Ibu dan aku menoleh ke arah Ken. "Biar aku saja yang mengantar Mia sekolah." Ibu menoleh ke arahku dan aku segera mengangguk. Kemudian Ibu kembali menoleh pada Ken dan tersenyum kikuk.

"Apa tidak apa?" Ken mengangguk, Ibu menghela napas pelan. "Maaf, ya, Kenji-kun. Setiap hari kami selalu merepotkanmu."

"Tidak apa, obaa-san. Aku senang bisa membantu." Ibu tersenyum mendengar jawab Ken.

"Baiklah kalau begitu. Miaka yoroshiku nee, Kenji-kun."

Atensi Ibu beralih padaku, tangannya terangkat mengelus rambutku. "Okaa-san pergi dulu. Miaka jangan nakal, ya." Aku mengangguk. "Baik!" setelah itu Ibu berangkat kerja.

Aku berjalan bersisian bersama Ken.

"Mia, pipi-mu kenapa?" tanya Ken dengan nada serius. Aku menoleh dan menyentuh pipi-ku yang bengkak. "Ini—"

"Pasti Ayahmu." tebak Ken. Aku mengangguk pelan. Ken menggertakkan giginya, lelaki itu mendesah berat.

"Ayahmu itu. Sudah berapa kali dia menyakitimu." Geram Ken dengan nada tertahankan. Aku hanya diam sambil menundukkan wajah.

"Aku tahu ini masalah keluargamu, Mia. Tapi Ayahmu sudah keterlaluan. Kau itu masih kelas 6 SD. Kau tidak seharusnya diperlakukan seperti ini." ujar Ken dengan nada khawatir.

"Jika Ayahmu menyakitimu lagi. Berlarilah menjauh, datang padaku. Aku akan segera menolong."

Aku hanya diam.

"Apa kau dengar aku?" Aku menoleh ke arah Ken dan tersenyum kecil.

"Arigatou, Ken. Maaf sudah membuatmu khawatir, tapi aku baik-baik saja."

Ken menghela napas mendengar kalimatku. "Kau ini... selalu membuatku khawatir." tangan Ken terangkat mengacak rambut hitamku dengan pelan, kemudian ia mengambil tanganku dan menggenggamnya.

"Ayo." Kami berjalan sambil berpautan tangan seperti biasa.

Beberapa saat kemudian, kami sampai di SD Kunigawa. Aku melambaikan tangan pada Ken kemudian masuk ke dalam Sekolah. Sebelum benar-benar masuk, aku menoleh ke belakang. Ken sudah hilang. Aku menghela napas, lalu lanjut berjalan.

Sekolahku dan Sekolah Ken hanya berjarak sekitar 100 meter. Setiap pagi aku berangkat sekolah bersama Ken karena sekolah kami satu arah. Hanya berangkat saja, kalau pulang Sekolah, aku pulang sendiri karena jam sekolah anak SD lebih singkat daripada anak SMP.

Aku sangat ingin pulang sekolah bersama dengan Ken. Maka dari itu aku ingin masuk SMP Kimizuki. Tahun depan aku akan bersekolah di SMP Kimizuki agar bisa terus bersama dengan Ken.

----

Aku mengangkat keset yang ada di depan pintu rumah. Tidak ada kunci. Aku membuka pintu dan terbuka. Sepertinya Ayah sudah pulang. Aku masuk ke dalam rumah dan berkata, 'Tadaima' (Aku pulang) dengan pelan.

"Third" (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang