Akihisa menaruh telapak tangannya di dahi Hina, rasa hangat terasa di telapak tangan pemuda itu. "Dau demam." ucap Akihisa seraya menarik tangannya.
"Ternyata kau benar-benar sakit." Hina menatap Akihisa dengan kesal. "Tentu saja, Akki! Kau pikir aku berpura-pura sakt agar tidak masuk sekolah!? Otou-sama (Ayah) akan membunuhku kalau aku berpura-pura sakit." ujar Hina.
"Otou-sama?" batin Akihisa.
Akihisa menoleh ke samping tepatnya pada nakas yang diatasnya terdapat beberapa obat demam. "Apa kau sudah minum obat?" tanya Akihisa.
"Belum." Jawab Hina. Akihisa kembali menatap Hina. "Lebih baik kau minum obat dulu." Saran Akihisa. Hina mengangguk menurut. "Baik."
"Di mana dapurmu? Biar aku ambilkan air putih." Ujar Akihisa. "Ah, tidak usah Akki. Biar aku saja." Hina menoleh ke arah pintu kamarnya. "Matsumae! Matsumae!" panggil Hina. Tak lama Maid yang di panggil Hina membuka pintu kamar dan masuk.
"Ada apa, Nona?" tanya Matsumae.
"Aku ingin minum obat, tolong ambilkan air putih." Perintah Hina. Matsumae tersenyum lebar menatap Hina. "Akhirnya Nona mau minum obat!" ujar Matsumae senang. Hina menatap Maid itu dengan datar. "Iya, iya. Makanya tolong ambilkan minum."
"Baik, Nona." Sebelum wanita itu melengang, atensinya beralih pada Akihisa. "Maaf, Tuna. Ini sudah sepuluh menit." Ujar Matsumae mengingatkan dengan hati-hati. Akihisa bangkit dari duduknya, membuat Hina bingung.
"Ada apa dengan sepuluh menit?" tanya Hina.
"Tadi aku meminta waktu sepuluh menit untuk berbicara denganmu, setelah itu aku pulang." Jawab Akihisa menunduk menatap Hina yang duduk di kasur.
"Eh? Apa? Tidak! Jangan pulang dulu, Akki!" rengek Hina menahan ujung kemeja Akihisa.
"Nona Hina, jangan seperti ini." Tegur Matsumae. Hina menyilangkan tangannya di depan dada, gadis itu membuang muka sambil mengembungkan pipinya. "Kalau Akki pulang, aku tidak mau minum obat! Hmph!"
Matsumae menatap Hina dengan cemas, sedangkah Akihisa menatap gadis itu dengan datar. "Baiklah, kalau begitu aku tidak jadi pulang," Akihisa kembali duduk. Hina menoleh kearah pemuda itu. "Aku akan di sini sebentar lagi." Ujar pemuda itu. Hina tersenyum senang, sedangkan Matsumae merasa tidak enak.
"Maaf, Tuan. Nona Hina memang seperti ini." Ujar Matsumae menunduk sedikit. "Tidak apa, Matsumae-san. Aku sudah terbiasa dengan sifat Hina yang cengeng, manja dan merepotkan ini." Ujar Akihisa.
"Aku tidak seperti itu, Akki!" sahut Hina tidak terima. Matsumae tertawa pelan, Hina mendelik pada wanita itu. "Tidak lucu, Matsumae!"
"Kalau begitu saya ambilkan air putih dulu."
Setelah Matsumae mengambil air putih, Hina meminum obatnya. Matsumae kembali menutup pintu kamar Hina, meninggalkan Akihisa dan Hina berdua.
"Minum obatmu secara teratur supaya cepat sembuh. Kau sudah absen lima hari." Ujar Akihisa. Hina mengangguk menurut. "Iya, Akki." Gadis itu merebahkan tubuhnya dan menarik selimut sampai dada.
"Hina, bolehkah aku bertanya?"
"Apa?"
"Di mana ibumu?" tanya Akihisa. Hina terkesiap pelan, iris gadis itu menatap lurus pada langit-langit kamarnya. "Mama tidak ada di rumah. Dia ada di rumah otou-sama yang lain." Jawab Hina dengan tatapan kosong.
"Otou-sama? Jangan-jangan—"
"Iya, Otou-sama adalah ayah tiriku. Mama menikah dengan seorang pria bernama Asakura Shido." Hina memiringkan kepalanya kearah Akihisa. "Akki pasti sudah melihatnya, dia ada di foto keluarga yang ada di ruang tengah." Ujar Hina.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Third" (2015)
Teen FictionMia dan Ken membuat janji jika sudah dewasa nanti mereka akan menikah. Mereka harus saling menjaga hati satu sama lain sampai mereka menikah nanti. Namun kejadian tidak terduga terjadi. Ken pergi meninggalkan Mia karena musibah yang menimpanya. Disa...