CHAPTER 25

527 41 8
                                    

Akihisa dapat merasakan dirinya sedang di perhatikan oleh sepasang iris cokelat cerah. Dalam hati lelaki itu mendesah. Dia tahu Hina datang ke perpustakaan bukan untuk membaca, melainkan untuk mengganggunya.

Beberapa saat kemudian, seorang gadis manis kuncir satu masuk ke dalam perpustakaan. Hina dengan cepat menoleh ke arah gadis yang baru masuk itu. "Ugh, gadis itu lagi. Siapa namanya? I-Imae?" batin Hina tidak suka.

"Yo, Shimada-kun! Kau sudah boleh pulang." Ujar Imae seraya menghampiri Akihisa. Akihisa menatap gadis itu lalu mengangguk, lelaki bermata biru kelam itu menutup buku yang ia baca dan mengambil tasnya. Begitu ia hendak berdiri. "Aku ingin meminjam buku ini!" Akihisa menatap gadis yang berdiri di depan mejanya. Hina menyodorkan sebuah novel terjemahan berjudul 'Twilight' pada Akihisa.

Imae yang berdiri di sebelah Hina menyentuh pundak gadis itu pelan. "Sini bukunya, biar aku yang mencatat." Ujar Imae dengan senyum ramah. Hina melirik gadis itu tajam. "Aku mau Akki yang mencatat." Sahut Hina ketus. Imae berkedip dua kali. "Akki?" beo Imae. Hina mengabaikan Imae, gadis itu menoleh ke arah Akki. "Tolong catatkan ya, Akki!" pinta Hina dengan senyum cerah. Akihisa menatap Hina dengan tatapan malas.

"Shimada-kun, biar aku saja yang mencatat buku itu. Kau pulang saja." ujar Imae. Hina mendelik pada Imae. "Kalau begitu, sampai juma besok, senpai." Setelah itu Akihisa meninggalkan mejanya. Hina menatap Akihisa dengan tatapan tak percaya. "Akki!?" panggil Hina, tapi lelaki itu menghiraukannya. Lelaki itu terus berjalan dan keluar dari perpustakaan.

Hina mengembungkan pipinya dengan kesal. "Akki baka!" rutuknya dalam hati.

Imae mencatat tanggal peminjaman dan pengembalian novel yang Hina pinjam, setelah itu ia memberi novel tersebut pada Hina.

"Ini dia. Minggu depan kau bisa mengembalikan buku ini." Ujar Imae sambil tersenyum. Hina mengambil novel itu dan memasukkan kedalam tas, lalu gadis itu menatap Imae.

"Apa kau menyukai Akki?" tanya Hina. "Akki?" Imae membeo. Hina memutar matanya, "Akihisa."

"Oh! Shimada-kun? Hhmm. Memangnya kenapa?" tanya Imae balik dengan senyum jenaka. Hina merasa kesal melihat gadis itu depannya. "Jawab saja." desak Hina.

Imae tertawa sambil menutup mulutnya, membuat Hina semakin kesal. Setelah tertawa, Imae menatap Hina dengan senyum manis.

"Iya, aku menyukainya," Jawab Imae. Hina tersentak kaget. "tapi sebagai kouhai (Adik kelas)." tambah Imae.

"Kouhai?" beo Hina. Imae mengangguk. "Sebagai laki-laki?" tanya Hina lagi.

"Hhhmm, memang sih Shimada-kun tampan dan cool, tapi aku hanya menyukainya sebagai teman atau kouhai saja. Tidak lebih." Jawab Imae. Seketika Hina menghembuskan naas lega. "Huah, Yokatta (Syukurlah)."

"Etto, Asakura-san. Apa jangan-jangan kau menyukai Shimada-kun?" Hina menatap Imae dan mengangguk. "Iya. Aku menyukainya." Jawab Hina tanpa ragu. Imae tersenyum lebar. "Woa. Asakura-san jujur sekali." Puji Imae. Hina hanya tersenyum kecil pada Imae, tiba-tiba gadis itu teringat sesuatu.

"Oh iya, apa Akki pernah bercerita tentang seseorang yang dia suka? Apa sekarang ada seseorang yang di sukainya?" tanya Hina penasaran.

"Maaf, Asakura-san. Kalau soal itu aku tidak tahu. Shimada-kun itu orangnya tertutup, dia tidak akan membicarakan hal pribadinya pada orang lain." Ujar Imae. Hina mendesah kecil. "Begitukah."

"Tapi," Imae berucap, Hina kembali menatap gadis manis itu. "Sudah dua minggu ini Shimada-kun selalu memegang ponselnya. Maksudku, dia sering mengirim pesan dan bertelponan dengan seseorang." Ujar Imae. Hina menatap Imae dengan mata polos.

"Third" (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang