CHAPTER 22

537 43 14
                                    

Mia terkejut melihat Ayame berdiri di hadapannya, namun dalam sekejap gadis itu menyembunyikan keterkejutannya. Mia tersenyum ringan dan menjawab, "Si-silahkan." Mencoba tenang namun barusan suara Mia terdengar gugup.

"Arigatou," sahut Ayame, kemudian gadis itu duduk bersama Mia. Mia menegang, gadis itu menjadi was-was takut Ayame mengenalinya.

"Maaf ya tiba-tiba aku meminta untuk duduk di sini." Ujar Ayame memecahkan keheningan antara mereka. Mia menoleh dan tersenyum sedikit kikuk. "Eh, tidak apa." Ayame ikut tersenyum. Mia memperhatikan Ayame sejenak, gadis it itu memakai dress selutut berwarna biru langit membuatnya terlihat cantik dan kawaii.

"Namaku Ayame Remi. Kau?" tanya Ayame, Mia terkesiap pelan mendengar pertanyaan Ayame. "Namaku Shimada." Jawab Mia. Iris coklat Ayame menatap Mia dengan lamat. Mia menjadi semakin was-was, sebulir keringat dingin mengalir di pelipis Mia. Tak lama Ayame tersenyum ringan dan berkata "Shimada-san kah,"

"Iya," balas Mia. Gadis itu mendesah lega, dia pikir Ayame mengenalinya. Mia melirik Ayame yang terlihat duduk santai sambil menikmati semilir angin.

"Apa yang Ayame-san lakukan di sini? Apa dia sedang menunggu seseorang?" batin Mia bertanya-tanya. Tiba-tiba jantung Mia berdegup kencang, "jangan-jangan Ayame-san bersama Ken."

Mia menoleh ke arah Ayame "Ano," Ayame menoleh dan menatap Mia. "Apa Ayame-san sendiri?" tanya Mia. Ayame menggeleng. "Tidak, aku bersama kekasihku." Jawab Ayame. Tubuh Mia terasa kaku mendengar jawaban Ayame, gadis itu bersama Ken. "tapi dia sedang di toilet, jadi aku menunggunya di sini." Jelas Ayame.

Dada Mia bergemuruh hebat, gadis itu menggigit bibir dalamnya pelan. "Ken..."

Mia berusaha tersenyum, namun seulas senyum tipis nan miris yang terukir di bibirnya. "Oh begitu," ucap Mia pelan. Mia memalingkan wajahnya kembali menatap pohon sakura yang ada di hadapannya. Maniknya sedikit menggelap, perasaan panas mencubit hatinya.

"Kau sendiri dengan siapa? Kekasihmu?" tanya Ayame. Mia kembali menoleh ke arah Ayame yang menatapnya. Gadis itu menggeleng. "Aku bersama temanku, Ayame. Aku tidak mempunyai kekasih." Jawab Mia seraya terkekeh pelan.

"Benarkah? Gadis secantik dirimu tidak mempunyai kekasih? Kenapa?" tanya Ayame beruntun. Mia tertawa melihat wajah Ayame, gadis itu terlihat sangat penasaran.

"Ehh, kau berlebihan Ayame-san. Aku tidaklah cantik," sangkal Mia sedikit malu, kemudian tatapan Mia berubah menjadi sendu. "Alasan aku tidak mempunyai kekasih karena, ada seseorang yang sedang ku tunggu." Jelas Mia.

"Kau sedang menunggu seseorang?" tanya Ayame. Mia mengangguk. "Aku sudah menunggu orang itu selama empat tahun, tapi orang itu tidak pernah muncul." Jawab Mia.

"Ken tidak benar-benar muncul, karena aku selalu menghindarinya." Tambah Mia dalam hati.

Ayame terdiam sejenak, gadis itu menutup bibirnya rapat menjadi garis. Tak lama, gadis bersurai coklat itu tersenyum tipis. "Begitukah," lirih Ayame.

"Shimada-san, kalau aku boleh memberi saran. Lebih baik kau berhenti menunggu orang itu dan bukalah hatimu untuk orang lain." Saran Ayame. Mia terdiam kaku, mata gadis itu melebar. "Eh? Ke-kenapa?" tanya Mia.

"Karena, kau tidak bisa menunggu orang itu terus menerus. Mau sampai kapan?" jawab Ayame. Mia terdiam, seketika kerongkongannya terasa kering. "Bagaimana jika orang yang kau tunggu itu tidak kembali? Atau mungkin suatu hari nanti kalian bertemu dan ternyata orang itu sudah mempunyai kekasih. Apa yang akan kau lakukan, Shimada-san?"

Mia terdiam, dadanya bergemuruh hebat mendengar pertanyaan Ayame.

Seketika Mia menjadi gugup, jantungnya berdegup sangat kencang. "A-aku tidak tahu. A-aku—"

"Third" (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang