Dengan hati-hati Kanade keluar dari mobil Range Rover Evoque milik Ken. Kanade mengendap-endap masuk ke dalam pagar. Masih terjadi kerusuhan antara bodyguard Ken dan Sengoku dengan bodyguard Togashi. Kanade melewati jalan pinggir semak-semak menuju pintu utama. Dari kejauhan, Kanade dapat melihat Sengoku berdiri di depan pintu utama mansion Togashi. Dengan segera Kanade mendekati Sengoku.
"Kureo-kun!" Sengoku menoleh ke arah suara yang memanggilnya, lalu ia mendekati Kanade. "Ayo kita masuk, Kanade-san. Shimura dan yang lain sedang menunggu di dalam." Ujar Sengoku.
Sengoku membimbing Kanade masuk ke dalam dengan hati-hati karena masih terjadi kerusuhan.
"Apa Miaka baik-baik saja?" tanya Kanade di tengah jalan.
"Dia baik-baik saja, Kanade-san. Dia tidak terluka." Jawab Sengoku sembari menoleh ke arah Kanade. Kanade mendesah lega, "Syukurlah!" kemudian ia kembali menatap Sengoku.
"Lalu kenapa Kenji-kun menyuruhku masuk ke dalam? Lebih baik kita langsung membawa Miaka pergi dari sini." Ujar Kanade bingung.
Sengoku menoleh ke arah Kanade dan memandang wanita paruh baya yang cantik itu sejenak. Sengoku tidak bisa membayangkan bagaimana Ibu Miaka sewaktu muda, pasti sangat cantik dengan manik biru kelamnya itu.
"Ada sesuatu yang harus Kanade-san selesaikan di dalam." Ujar Sengoku. Kanade mengangkat alisnya. "Apa itu?"
"Kanade-san harus berbicara dengan pemberi hutang. Dia ingin bertemu dengan Kanade-san." Ujar Sengoku. Kanade terdiam, jantungnya berdegup kencang. Kanade menarik napas, lalu menghembuskannya.
"Baiklah. Aku akan berbicara dengannya. Aku ingin menyelesaikan semua masalah ini secara baik-baik. Tidak dengan cara yang membuat semua pihak menderita." Ujar Kanade tegas.
Sengoku tersenyum menatap Kanade, Kanade menoleh ke arah Sengoku dan tersenyum.
"Terima kasih sudah mau membantu kami, Kureo-kun. Aku tidak tau bagaimana membalas kebaikanmu." Ujar Kanade. Sengoku menggeleng. "Aku ikhlas menolong, Kanade-san. Sungguh."
Kanade terkekeh, "Benarkah? Apa bukan karena kau menyukai Miaka makanya kau menolong kami?" ujar Kanade jenaka. Sengoku tertawa malu. "Itu salah satunya, tapi aku benar-benar ikhlas menolong. Walau misalnya Shimura bukan perempuan, aku akan tetap menolehnya karena dia adalah temanku." Ujar Sengoku sungguh-sungguh.
Akhirnya mereka sampai di depan ruang kerja Togashi. Sengoku dan Kanade berdiri di depan sebuah pintu besar berwarna cokelat gelap. Sengoku memegang gagang pintu, sebelum membuka, lelaki itu menoleh ke arah Kanade.
"Kanade-san, siapkan dirimu baik-baik." Ujar Sengoku. Kanade tidak mengerti apa yang di maksud Sengoku, tapi wanita itu mengangguk.
Sengoku membuka pintu besar itu, kemudian Kanade melangkah masuk ke dalam. Tungkai kakinya berhenti melangkah begitu melihat seorang gadis cantik bergaun merah maroon.
Seketika air mata Kanade menumpuk di ujung mata begitu melihat putrinya. "Miaka!" dengan cepat Kanade menghampiri Mia dan memeluknya dengan erat.
"Okaa-san," Mia membalas pelukan sang ibu dengan air mata mengalir.
Rasa sesak yang sedari tadi siang Kanade rasakan perlahan mulai longgar. Kanade melerai pelukannya, di pandangi wajah Mia. Kanade sadar bahwa penampilan Mia berubah, ia juga melihat mata Mia yang bengkak, seperti habis menangis.
"Apa yang sudah terjadi padamu? Kenapa kau menangis? Apa kau terluka?" tanya Kanade dengan nada sangat cemas. Mia menggeleng dan tersenyum. "Aku baik-baik saja, Okaa-san."
Tidak jauh di belakang Kanade, berdiri Ken, Akihisa, Sengoku dan Togashi.
Togashi menatap punggung Kanade dengan tatapan tak percaya. Gadis pujaannya ada di hadapannya. Seketika hatinya bergetar hebat, begitu juga dengan jantungnya yang berdetak cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Third" (2015)
Teen FictionMia dan Ken membuat janji jika sudah dewasa nanti mereka akan menikah. Mereka harus saling menjaga hati satu sama lain sampai mereka menikah nanti. Namun kejadian tidak terduga terjadi. Ken pergi meninggalkan Mia karena musibah yang menimpanya. Disa...