"Mia malam ini makan malam di rumahku, ya. Mama masak Chicken Katsu." ajak Ken. Aku menatap Ken dengan mata berbinar-binar. "Aku mau!"
Kami berdua masuk ke dalam rumah Ken dan berjalan menuju dapur. Mama Ken terlihat sedang menata meja makan dengan makan. Atensinya beralih pada kami ketika kami mendekati meja makan. Mama Ken tersenyum ramah.
"Kalian berdua sudah datang. Pas sekali! Ayo kita makan malam bersama." Aku dan Ken mengangguk. "Kalian berdua duduk duluan, Mama panggil Papa dan Hina dulu."
Aku menarik salah satu kursi makan dan duduk dengan manis. Ken menarik kursi disebelahku dan duduk. Aku melihat chicken katsu tertata cantik diatas piring panjang. Aku meneguk liur, kelihatannya sangat enak.
Tak lama, Papa Ken dan Hina datang dan duduk di tempat masing-masing. Papa Ken menatapku yang duduk manis, pria paruh baya berkacamata itu tersenyum ramah padaku.
"Miaka-chan! Tadi malam kenapa tidak makan malam disini?" tanya Papa Ken, aku menoleh dan tersenyum.
"Tadi malam Okaa-san tidak lembur. Jadi aku makan malam bersama Okaa-san." Jawabku dengan senyum manis.
Papa Ken tersenyum ramah padaku, tangannya terulur mengelus rambutku. "Syukurlah. Miaka-chan pasti sangat senang tadi malam." Aku mengangguk semangat. Aku sangat senang tadi malam bisa menghabiskan waktu bersama Ibu, walau pun aku dan Ibu kena amukan Ayah dulu.
Tatapan Papa Ken berubah menjadi jenaka, "Tapi rasanya seperti ada yang hilang ketika Miaka-chan tidak makan malam bersama kami. Iya 'kan, Kenji." Ken langsung menyahut dengan cepat. "Benar sekali!"
Ken dan Papa-nya tertawa kecil melihatku yang meringis malu.
Kami makan malam bersama. Setiap malam keluarga Yamamoto selalu saja ribut membicarakan berbagai hal. Aku hanya dapat tersenyum menatap keluarga ini. Keluarga yang hangat. Terkadang aku merasa iri.
Andai keluargaku seperti ini...
Setelah selesai makan malam, aku pamit pulang dengan Mama dan Papa Ken. Ken mengantarku sampai depan pagar rumah. Ketika aku hendak membuka pagar, Ken menahan tanganku. Aku menoleh dan menatapnya, wajahnya terlihat khawatir.
"Aku tidak akan kenapa-napa, Ken. Tenang saja." ujarku menenangkannya. Ken menatapku beberapa detik, lalu ia melepaskan pegangnnya dari lenganku.
"Aku masih dulu, jaa nee." Setelah itu aku masuk ke dalam rumah. Aku berjalan menuju kamarku, ketika aku melewati ruang keluarga. Aku melihat Ayah sedang menonton tv sambil meminum Sake kalengan. Banyak Sake berserakan disekitar Ayah.
Ini juga menjadi salah satu alasan kenapa Akihisa dititipkan pada saudara Ibu. Ibu tidak ingin adikku melihat kelakuan Ayah yang seperti ini.
Aku kembali berjalan dan naik ke lantai dua menuju kamarku. Aku merebahkan diri di ranjang, tanganku mengambil sebuah boneka beruang cokelat berukuran sedang dan merengkuhnya dengan erat.
Hari ini aku bahagia. Aku merasa bahagia bahwa ternyata Ken mencintaiku. Senyum terus mengembang dibibir. Gawat. Aku tidak bisa berhenti tersenyum. Aku membenamkan wajahku pada boneka beruang cokelat.
Hatiku rasanya ingin meledak kesenangan. Aku mengambil napas panjang dan menghembuskannya. Aku akan menjaga janji ini dengan baik. Hatiku hanya untuk Ken seorang.
Mataku mulai terasa berat, aku menguap lebar, kemudian mataku terpejam sepenuhnya. Beberapa saat kemudian, aku berhasil masuk ke dunia mimpi.
***
Seminggu sudah berlalu sejak pernyataan cinta Ken.
Hari-hari setelah itu aku selalu bersama Ken, kami bermain dan menghabiskan waktu bersama. Semenjak aku tahu perasaan Ken terhadapku, aku merasa menjadi lebih dekat dengan lelaki yang umurnya diatasku dua tahun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Third" (2015)
Teen FictionMia dan Ken membuat janji jika sudah dewasa nanti mereka akan menikah. Mereka harus saling menjaga hati satu sama lain sampai mereka menikah nanti. Namun kejadian tidak terduga terjadi. Ken pergi meninggalkan Mia karena musibah yang menimpanya. Disa...