Seorang pria tampan berpakaian rapi duduk di kursi kerjanya. Di depan pria itu terdapat sebuah map merah yang terbuka. Ada beberapa kertas tertulis di dalam map itu, kertas-kertas itu berisi tentang perjanjian hutang yang buat oleh Togashi Kujo dan ditandatangani oleh Shimada Shigure.
Togashi bersender pada kursi empuknya, lelaki itu mengangkat wajahnya memandang langit-langit ruang kerjanya yang berwarna cokelat muda.
"Satu minggu lagi perjanjian ini jatuh tempo." Ucap pria bersurai cokelat gelap itu. Senyum tipis nan menawan terukir di bibir pria itu.
"Satu minggu lagi, Kanade."
***
Akihisa duduk dibangku penjaga perpustakaan. Pemuda itu melirik salah satu meja baca yang biasa di duduki Hina. Hari ini meja itu tidak kosong. Ada Hina yang seperti biasa berpura-pura membaca buku. Akihisa melirik Hina sejenak, lalu pemuda itu kembali fokus pada novel yang ada ditangannya.
Beberapa saat kemudian, seorang gadis cantik bermata cokelat cerah berdiri di depan meja kerja Akihisa. Akihisa mengangkat wajahnya dan menatap gadis yang tersenyum itu.
"Aku mau mengembalikan novel ini, Akki." Ujar Hina seraya menyodorkan sebuah novel berjudul Twilight. Akihisa mengambil novel itu lalu melakukan tugasnya. "Apa kau sudah baca buku ini?" tanya Akihisa sambil mencatat tanggal pengembalian buku Hina.
"Belum." Jawab Hina jujur. Akihisa menghela napas pelan, dia sudah menduga.
Setelah selesai melakukan tugasnya, pemuda itu menaruh novel itu di pinggir meja. Nanti dia akan mengembalikan novel itu ke rak buku.
"Sudah selesai. Ada apa lagi?" tanya Akihisa dingin seperti biasa. Hina hanya tersenyum manis sambil menggeleng. Akihisa mengambil novel yang tadi ia baca, lalu ia melirik Hina.
"Mau pulang bersamaku?" tanya Akihisa. Hina terkejut. "Eh? Bolehkah?" tanya Hina tidak percaya.
"Kalau tidak mau juga tidak apa." Sahut Akihisa sambil membuka novelnya.
"Mau! Aku mau!" seru Hina. Akihisa menatap Hina dan tersenyum tipis.
"Baiklah," Akihisa melirik jam tangannya. "lima belas menit lagi aku keluar. Maukah kau menungguku?" tanya Akihisa. Hina mengangguk-angguk antusias. "Aku tunggu!"
Hina dan Akihisa berjalan berdampingan. "Akki langsung ke tempat kerja, ya?" tanya Hina. Akihisa menjawab dengan gumaman, Hina menoleh ke arah pemuda itu. "Kapan-kapan aku ke tempat kerja Akihisa, ya!" ujar Hina menatap lelaki itu penuh harap. Akihisa melirik Hina sebentar, lalu kembali menatap ke depan. "Tentu." Balas Akihisa. "Yes!" ucap gadis itu pelan.
Mereka kembali berjalan, tiba-tiba sesuatu terlintas dibenak Hina. "Oh iya, apa kabar Mia, Mama dan Papa Akki?" tanya Hina.
"Onee-chan dan Okaa-san baik-baik saja. kalau Oyaji aku tidak tahu dan aku tidak peduli." Jawab Akihisa dingin. Hina mengangkat alisnya. "Eh? Kenapa?"
"Oyaji meninggalkan kami satu tahun yang lalu. Dia sudah tidak peduli lagi dengan kami." Jelas Akihisa. Hina terkejut. Gadis itu tau perangai Ayah Akihisa yang buruk, tapi dia tidak menyangka ayah pemuda itu akan tega meninggalkan keluarganya.
"dan juga pak tua itu memberi kami masalah." Gerutu Akihisa pelan. Hina tidak terlalu mendengar dengan jelas.
"Tapi, Akki dan yang lain tidak tinggal di rumah dulu lagi kan?" ujar Hina. Akihisa menoleh ke arah Hina dengan bingung. "Dari mana kau tahu?" tanya Akihisa.
"Beberapa waktu lalu, Onii-chan bilang dia ingin mengunjungi Mia, tapi Onii-chan tidak bertemu dengan Mia karena Mia sudah pindah rumah." Jelas Hina.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Third" (2015)
Teen FictionMia dan Ken membuat janji jika sudah dewasa nanti mereka akan menikah. Mereka harus saling menjaga hati satu sama lain sampai mereka menikah nanti. Namun kejadian tidak terduga terjadi. Ken pergi meninggalkan Mia karena musibah yang menimpanya. Disa...