CHAPTER 37

361 34 2
                                    

"...bolehkan aku menikahi ibumu?"

Mia terdiam, gadis itu termangu mendengar permintaan Togashi. Togashi terus menatap Mia, menunggu jawaban dari gadis bermanik hitam itu. Beberapa detik kemudian, Mia tersadarkan. Gadis itu berkedip dua kali.

"A-apa? Togashi-san ingin menikahi Okaa-san?" tanya Mia memastikan. Togashi mengangguk. Kedua tangan Mia terkepal diatas pahanya.

"Apa kau mengizinkanku?" tanya Togashi lagi. Mia menggigit bibir bagian dalam, gadis itu menggeleng pelan.

"Aku... tidak tau." Mia merasa kerongkongannya kering, hidung gadis itu menjadi perih, matanya juga mulai berair. Mia mendesah kecil lalu menunduk, menatap kedua tangannya yang terkepal.

"Selama ini Okaa-san selalu menderita. Beliau bekerja siang dan malam tanpa henti hanya untuk kami. Okaa-san tidak sempat menghabiskan waktu dengan kami, beliau sibuk bekerja menjadi tulang punggung keluarga. Tanpa mengenal lelah, dengan ikhlas Okaa-san bekerja..."

Air mata Mia mengalir, bibirnya sedikit bergetar.

"Walau begitu, aku sering melihat Okaa-san dipukuli oleh Otou-san..." Mia merasa dadanya sangat berat mengingat ibunya yang di aniaya. "Otou-san membuat kepala Okaa-san berdarah, melempar Okaa-san dengan piring dan gelas. Pria itu mengangkat tangannya hanya untuk menyakiti Okaa-san..." cerita Mia dengan suara bergetar hebat. Togashi mengepalkan tangannya dengan keras, dadanya memanas mendengar cerita Mia.

"Aku sering melihat itu! Okaa-san tidak pernah bahagia! Aku yakin di balik senyumnya yang beliau perlihatkan padaku dan Akihisa, sebenarnya Okaa-san menangis." Ujar Mia dengan tangis yang tidak bisa di tahan lagi.

Mia diam sejenak, berusaha untuk kembali berbicara. Gadis itu menghapus air matanya.

"Jika aku lelah dengan hidup ini, berarti aku adalah manusia yang tidak bersyukur. Sejujurnya aku memang lelah, tapi melihat Okaa-san yang seharusnya lebih lelah, membuat diriku menjadi kuat."

"Sudah cukup. Aku tidak ingin melihat Okaa-san menderita lagi. Aku ingin Okaa-san bahagia. Maka dari itu..." Mia mengangkat wajahnya, iris hitamnya menatap Togashi dengan serius.

"...jika Togashi-san berjanji untuk membuat Okaa-san bahagia. Aku akan mengizinkanmu." Ujar Mia.

Togashi menatap Mia dengan serius dan intens. "Aku berjanji." Ucap Togashi.

Mia tertegun menatap Togashi yang terlihat serius, air matanya kembali mengalir. "Arigatou, Togashi-san.

Togashi mendekati Mia, lalu tangannya terulur menghapus air mata Mia.

"Aku berjanji akan membahagiakan kalian. Kanade, Akihisa dan kau, Miaka." Ujar Togashi.

Mia terkejut mendengar kalimat Togashi. "Aku dan Akki juga?" tanya Mia tidak percaya. Togashi tersenyum simpul dan mengangguk.

"Iya, Miaka dan Akhisa juga. Sekarang Miaka sudah menjadi anakku. Walaupun Miaka anak Shigure, aku tidak peduli. Sudah cukup juga bagimu menderita seperti ini. Sudah cukup bagimu melihat Kanade tersiksa. Aku akan membahagiakan kalian. Itu janjiku..."

"...Kita akan menjadi keluarga yang bahagia. Selamanya." Ujar Togashi tersenyum lembut menatap Mia.

Mia tersenyum kecil sampai ke mata. Dapat gadis itu rasakan kehangatan menjalar di hatinya mendengar janji Togashi. "Yoroshiku, Togashi-san."

Tak lama, telepon yang ada di atas meja kerja Togashi berbunyi. Togashi berdiri dan mendekati meja lantas mengangkat telpon tersebut.

"Ada apa?"

"Third" (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang