Seorang gadis cantik bersurai cokelat cerah berjalan di koridor SMP Kaimei bersama dengan dua orang temannya. Gadis itu menjadi pusat perhatian murid-murid yang ada di koridor karena kecantikannya bak Puteri.
Mata bulat dengan manik cokelat, hidung mancung, bibir merah ranum, dan rambut bergelombangnya. Senyum ceria selalu terukir di bibir gadis itu.
"... dan kalian tahu? Shiraishi menyatakan perasaannya padaku, lagi! Kali ini dia berkata Aishiteru!" cerita gadis bermata cokelat itu pada dua orang temannya yang berjalan dikedua sisinya.
"Benarkah!? Gigih sekali dia!"
"Lalu, kau menjawab apa?"
Gadis itu tersenyum, maju selangkah di depan kedua temannya dan berbalik. Gadis itu berjalan mundur. "Tentu saja aku menolaknya. Sudah aku bilang aku tidak memiliki perasaan padanya." Jawab gadis itu sambil terus berjalan mundur.
"Hina-chan juga gigih dalam menolak." Sahut salah satu temannya. Lalu meraka tertawa. Sampai kemudian...
*Bruk!*
Hina tersentak kaget, gadis itu menabrak seseorang. Hina segera berbalik dan ia melihat seorang lelaki jangkung bersurai hitam berdiri membelakanginya.
Hina melihat ada sebuah buku kecil tergeletak dilantai. Lelaki itu tadi sedang membaca buku sambil berjalan dan tiba-tiba Hina yang berjalan mundur menabraknya.
Hina menjadi tidak enak dengan lelaki yang ada di depannya.
"Gomenasai (Maaf)! Aku tidak melihatmu!" ucap Hina dengan nada bersalah. Lelaki itu membungkuk dan mengambil buku kecil yang tergeletak dilantai.
"Kimi... Daijobu? (Apa kau baik-baik saja?)" tanya Hina khawatir. Lelaki itu berdiri dan menoleh ke belakang sedikit. Mata Hina melebar melihat separuh wajah lelaki yang ditabraknya.
"Kalau jalan hati-hati!" desis lelaki itu dengan nada dingin. Hina terdiam kaku menatap lelaki yang lebih tinggi darinya itu. Lelaki itu berdecih lalu ia kembali berjalan.
Walau tidak seluruh wajah terlihat, sekilas Hina melihat manik biru kelam lelaki itu. Warna mata yang Hina rindukan.
Kedua temannya segera mendekati Hina. "Hina, kau baik-baik saja?" Hina menghiraukan temannya. Gadis itu termenung menatap punggung lelaki yang ia tabrak. Lelaki itu belok dan hilang dari pandangan Hina.
"Hina-chan!" Hina tersadarkan. Gadis terdiam sejenak, lalu berkata "Akki." Seketika jantungnya berdebar, darahnya berdesir hangat. Hina mengepalkan kedua tangannya, kemudian gadis itu berlari meninggalkan kedua temannya. Gadis itu mengabaikan kedua temannya yang memanggilnya.
Hina terus berlari mengejar lelaki tadi. "Lelaki tadi pasti Akki! Aku yakin dia pasti Akki! Mata itu! Suara dingin itu! Akki!"
Hina terus berlari dan berbelok kearah yang sama dengan lelaki itu, lalu mata Hina melihat sesosok lelaki yang ia cari. Lelaki itu berjalan melewati lorong penghubung gedung sebelah. Hina berlari dan berdiri diujung lorong, gadis mengangkat kedua tangannya ke dekat mulut, mengambil napas panjang, lalu... "Akki!!—"
*Ding Dong Ding Dong*
Disaat Hina berteriak, bel tanda masuk kelas berbunyi. Alhasil, lelaki itu tidak mendengarnya dan masuk ke gedung sebelah tanpa menoleh ke belakang.
Hina menatap ke arah pintu gedung sebelah dengan wajah shock. "Akki." Lirih gadis itu. Seketika tangannya meleas, gadis itu menggigit bibirnya pelan. Rasanya ia ingin menangis.
Hina merasa kecewa lelaki itu tidak mendengarnya. Hina mendesah berat, raut wajahnya berubah menjadi lesu. Tidak ada pilihan lain. Pecuma jika mengejar, lelaki itu pasti sudah jauh. Bel juga sudah berbunyi. Jadi hina memutuskan untuk kembali ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Third" (2015)
Teen FictionMia dan Ken membuat janji jika sudah dewasa nanti mereka akan menikah. Mereka harus saling menjaga hati satu sama lain sampai mereka menikah nanti. Namun kejadian tidak terduga terjadi. Ken pergi meninggalkan Mia karena musibah yang menimpanya. Disa...